Sunday, June 14, 2020

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN



PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN


I.  PENDAHULUAN

Pengetahuan mengenai hama dan penaykit ikan sudah saatnya dimiliki oleh seorang pembudidaya.  Sebab bagaimana tidak, disaat kebahagian seorang pembudidaya tercipta melihat ikan-ikan yang dibudidayakannya tumbuh besar, dalam seketika menjadi duka dan kesedihan manakala serangan hama dan penyakit menimpa ikan yang dibudidayakannya.  Terlintas berapa kerugian yang akan dideritanya apabila hama dan penyakit itu tak bisa teratasi.  Maka dari itulah pengetahuan mengenai hama dan penyakit sudah menjadi hal yang penting untuk diketahui seorang pembudidaya ikan,
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.

Manusia memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan di kolam budidaya, yaitu dengan cara memelihara keserasian interaksi antara tiga komponen tersebut. Umumnya wabah penyakit yang menyerang ikan di kolam disebabkan oleh kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan kolam.

Upaya memberantas penyakit ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari penyebabnya. Organisme parasiter dan kompetitor yang sering menimbulkan gangguan terhadap ikan diberantas dengan menggunakan bahan kimia tertentu. Sedangkan organisme pemangsa ikan yang berhasil masuk ke kolam dapat diberantas dengan menangkapnya atau menggunakan peralatan tertentu.

II. HAMA DAN PENYAKIT IKAN

Hama adalah organisme yang pada suatu waktu berada di lingkungan kolam dan merugikan usaha pemeliharaan udang dan ikan.
Macam-macam hama:

1. Pemangsa berupa serangga, ular, lingsang, burung dan lain-lain.

Hama pemangsa atau predator adalah organisme yang dapat memangsa ikan budidaya. Sebagai pemangsa, hama ini memangsa ikan sebagai makanannya, hama pemangsa dapat berupa ikan, katak, ular, biawak, burung dan beberapa jenis insekta. Hama ini juga cenderung buas dan mempunyai ukuran yang lebih besar daripada ikan yang dimangsa. Hama ini sangat merugikan petani ikan karena mampu menghabiskan sebagian besar ikan peliharaan. Pada saat dilakukan pemanenan total biasanya para petani kolam atau petambak sering mendapatkan sejumlah ikan predator sebagai pengganti ikan peliharaan yang mati dimangsa predator tersebut.

Selain ikan, hama predator yang sering dijumpai di kolam, tambak atau KJA adalah katak, ular, burung dan beberapa insekta. Burung umumnya memangsa ikan yang memiliki warna yang cerah. Kolam dan tambak yang jarang dikontrol sering mengalami serangan ular atau biawak, sedangkan kolam atau tambak yang selalu dikontrol kecil kemungkinan terjadi serangan ular.


Sedangkan beberapa jenis insekta yang merupakan jenis pemangsa ikan dan cukup berbahaya antara lain Notonecta spp, Cybister spp, Belostoma indicus dan kini-kini. Insecta dari jenis Notonecta spp merupakan insect berbahaya karena sering merusak telur maupun benih ikan dengan cara mengisap cairan isinya, hama ini agak sulit diberantas karena pada malam hari selalu terbang dari satu kolam ke kolam lainnya untuk mencari mangsa.

Hama berupa larva Cybister spp, memiliki rahang yang kuat untuk menjepit tubuh ikan yang masih kecil, dengan enzim yang terdapat pada rahangnya insekta ini melarutkan isi tubuh ikan mangsanya sehingga menjadi mudah dihisap.

Sedangkan hama dari jenis Belostoma indicus merupakan organism yang buas yang memiliki tubuh relative besar yaitu sekitar 10 – 12 cm. insekta ini sering menyerang ikan – ikan kecil dan dengan alat yang dimilikinya, ia mengisap seluruh cairan tubuh mangsanya. Sama seperti Notonecta spp insekta ini juga agak sulit dikendalikan karena pada malam hari selalu terbang dari satu kolam ke kolam lainnya atau dari satu tambak ke tambak lainnya untuk mencari mangsa.
Kini kini merupakan larva capung (Odonata) yang sering menyerang ikan-ikan kecil yang dipelihara di kolam atau di tambak. Larva capung ini biasanya akan tinggal pada tumbuh-tumbuhan air untuk menanti mangsanya yang akan diserangnya. Ikan yang diserang akan mati karena cairan tubuhnya habis diserap/dihisap oleh kini kini.

Pencegahan :
a. Semprot permukaan air dengan minyak tanah 1 ml/m2.
b. Kunjungan ke kolam sesering mungkin.
c. Sebar garam dapur/minyak tanah pada tanggul atas.
d. Tanam tumbuhan yang menyengat (kamijara, burus)

2. Hama pesaing pakan, ruang gerak dan lain-lain, berupa ikan liar dan tumbuhan air.

Hama penyaing atau competitor adalah hewan yang masuk ke dalam wadah budidaya dan bersifat menyaingi kehidupan ikan yang dibudidayakan. Persaingan tersebut dapat terjadi dalam mendapatkan pakan, jika hama tersebut memakan jenis pakan yang merupakan pakan utama bagi ikan budidaya. Persaingan juga dapat terjadi dalam hal ruang gerak, jika hama yang yang ada mencapai populasi yang besar, contohnya adalah ikan nila dan ikan mujair, sebab ikan ini dikenal sebagai ikan “tukang kawin” sehingga populasinya bertambah sangat cepat.

Bentuk kompetisi lain adalah dalam hal memperoleh oksigen, apalagi jika dalam wadah budidaya sangat padat , terutama pada malam hari pada saat kandungan oksigen menurun.
Pada sistem budidaya intensif, pengaruh penyaing terhadap hewan utama yang dipelihara sangat kecil atau tidak ada sama sekali , akan tetapi dalam system pemeliharaan ekstensif hal ini sering dijumpai. Beberapa diantara competitor ini ada yang mampu bertahan hidup dalam kondisi yang sangat ekstrim , misalnya ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan mujair (Oreochromis mosambica), lele (Clarias bathrachus), ikan gabus (Ophicephalus striata) atau jenis ikan lainnya yang mempunyai labirin. Ikan lele dan gabus juga bersifat predator. Organism competitor dapat menyebabkan ikan utama terganggu pertumbuhannya, tetapi jika terjadi kompetisi yang hebat seringkali ikan utama tidak mampu bertahan dan akhirnya mati.

3. Hama peracun berupa Algae; fitoflagelata, kodok dan lain-lain.

Pencegahan :
a. Pasang saringan berlapis pada pintu masuk
b. Seperti pemangsa butir a, b, dan c.

4. Hama pengganggu berupa gulma air, binatang dan lain-lain.

Pencegahan :
a. Semprot saponin/rotenon di sekeliling tanggul.
b. Brantas dengan brestan 60 ketika persiapan kolam.

5. Hama Perusak Wadah Budidaya dan Hama pengganggu

Hama perusak sarana adalah organism yang dapat menimbulkan kerusakan sarana budidaya, seperti kepiting yang menggali pematang kolam atau tambak, belut juga mampu menggali pematang kolam atau tambak. Ikan – ikan buas yang dapat merobek keramba jaring apung di laut.

Selain hama – hama tersebut diatas manusia juga termasuk hama apalagi jika manusia tersebut “bermetamorfosis” menjadi pencuri, pencuri termasuk hama pengganggu dan mendatangkan banyak kerugian bagi petani kolam, KJA maupun bagi petambak, sehingga keberadaannya sangat tidak dibutuhkan.
Ketiga kelompok atau klasifikasi hama tersebut diatas selain sebagai predator, penyaing dan perusak juga dapat membawa organism penyakit seperti virus, bakteri, parasit atau jamur. Ikan opeliharaan yang terluka akibat terserang pemangsa mudah stress dan bagian yang memar akan mudah atau terluka merupakan media yang potensial terjadinya serangan penyakit infeksi (akan dipelajari selanjutnya).

FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA HAMA
Hama yang pada dasarnya sangat tidak dibutuhkan dalam kegiatan budidaya dapat timbul karena lingkungan yang mendukung, dalam artian kondisi lingkungan yang tidak bersih seperti banyak rumput atau tumbuh-tumbuhan air yang dapat menjadi tempat bersarang atau tempat berlindung bagi hama.

Yang kedua proses persiapan lahan yang tidak sempurna sebagai contoh, pengeringan yang tidak berlangsung secara sempurna mengakibatkan masih banyak bibit – bibit hama yang terdapat di dalam wadah budidaya. Proses pemberantasan hama secara mekanis/manual tidak dapat mematikan semua hama yang ada di dalam wadah budidaya.

Yang ketiga adalah pintu masuknya air/inlet tidak dipasangi saringan sehingga hama masih bisa masuk ke dalam wadah budidaya. Dan yang terakhir adalah kondisi kualitas air yang sangat buruk bagi ikan utama yang dibudidayakan dan hama masih mampu hidup dalam kondisi yang ekstrem sekalipun. Yang utama harus kita perhatikan dalam hal ini adalah menjaga kondisi lingkungan dan kualitas air agar tetap optimum bagi kehidupan ikan yang dibudidayakan.



TEKNIK PENGENDALIAN HAMA IKAN

Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berhasil tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan yang dibudidayakan, hewan ternak, manusia dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain apabila masih ada cara lain yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apalagi obat – obatan yang sifatnya anorganik. Pemberian obat – obatan yang sering menimbulkan masalah baru yang merugikan, misalnya terhadap bakteri nitrifikasi, terhadap pertumbuhan pakan alami atau menyebabkan lahirnya generasi penyakit yang tahan terhadap obat – obatan yang diberikan.

Oleh karena itu umumnya penanggulangan hama dilakukan secara mekanis atau fisik atau manual. Sebaiknya proses pemberantasan hama secara mekanis dilakukan sebelum penebaran benih, cara ini merupakan tindakan preventif (pencegahan), cara pencegahan model ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.

Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/tambak yang sempurna dengan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai dengan pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringnya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.

Apabila upaya pengendalian hama diatas belum memberikan hasil yang baik maka dilakukan upaya penanggulangan dengan mempergunakan pestisida alami (pestisida organic) secara langsung, yang bahan bakunya mudah diperoleh di sekeliling kita dan mudah diperoleh. Penggunaan obat – obatan an organic tidak dianjurkan sebab selain harganya yang relative mahal, daya racunnya dapat bertahan lama. Sehingga dikhawatirkan akan masuk ke dalam tubuh ikan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pakan alami, sehingga dapat mengganggu konsumen (manusia) baik cepat maupun lambat. Berikut ini adalah jenis – jenis pestisida organic yaitu Akar tuba (rotenon), tembakau (nicotine), biji teh (saponin). Jenis-jenis pestisida anorganik yaitu brestan-60, Chemfish 5 EC, Sodium Pentachlorphenate (PCA-NA) dll.

Parasit adalah organisme yang dalam memenuhi kebutuhan hidup menempel pada organisme lain (planlfton, ikan dan sebagainya).

Pencegahan parasit dapat dilakukan dengan mengacu kepada :
Kegiatan persiapan kolam, kegiatan pemupukan dan pengairan, kegiatan penebaran benih dan kegiatan pengelolaan kualitas air.

Macam parasit :
1. Virus dapat hidup pula pada benda mati.
Pencegahan dan pengendalian : menaikkan suhu air maksimal pada kisaran suhu pertumbuhan.

2. Bakteri, dapat hidup pada benda mati.
Pencegahan dan pengendalian :
a. Menjaga kandungan amoniak tidak melebihi batas.
b. Memperbaiki kualitas pakan.
c. Mengurangi kandungan bahan organik di kolam.

3. Jamur/Fungi
Pencegahan dan pengendalian: menaikkan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan

4. Protozoa
Pencegahan dan pengendalian : seperti pada bakteri dan jamur

5. Metazoa
Pencegahan dan pengendalian : menaikkan suhu air
a. pasang saringan berlapis pada pintu air masuk.
b. pergantian air yang kontinyu

 Penyakit adalah suatu keadaan yang menyebabkan salah satu fungsi organ ikan terganggu.
Kesalahan penanganan akan timbul bermacam penyakit seperti :
1. Penyakit non-infeksi tidak menular;
a. Stres diakibatkan terjadi pergoncangan lingkungan atau karena turunan;
b. Kurang gizi diakibatkan mutu pakan jelek.
c. Keracunan diakibatkan air tercemar, (perombakan) pakan alami, pakan jelek;
d. Cacat,diakibatkan faktor turunan.

2. Penyakit infeksi, sangat menular;
a. Penyakit bakterial, diakibatkan bakteri;
b. Penyakit parasiter, diakibatkan oleh jamur, protozoa, dan metazoa.


III.  PENUTUP

Hama dan penyakit ikan didalam pemeliharaan ikan merupakan momok bagi pembudidaya ikan.  Hampir dalam setiap pemeliharaan ikan akan timbul penyakit pada ikan, terutama pada masa pemeliharaan benih.
Dengan pengetahuan tentang hama dan penyakit mudah-mudahan bisa mengurangi kematian yang disebabkan oleh penyakit.


DAF'TAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Intensifikasi Usaha Ikan Gurameh di Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga. Modul unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan dan Kerjasama Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Krismantoro, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Badan Penerbit Karya Bani. Jakarta.

Respati, H. dan Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurameh. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Pengendalian%20Hama%20dan%20Penyakit-.pdf

Wednesday, June 10, 2020

MANAJEMEN KUALITAS AIR





                                                           MANAJEMEN KUALITAS AIR

I. AIR UNTUK BUDIDAYA

Media budidaya ikan merupakan suatu tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk budidaya ikan.
Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu kondisi perairan/ air harus mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber makanan hewan terutama ikan. Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya ikan maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu budidaya ikan.

II. PARAMETER KUALITAS AIR

A. Sifat Fisik

1. Kepadatan (density/berat jenis)

Pada suhu 4oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat jenisnya akan turun,demikian juga kalau suhunya lebih rendah dari 4oC. Sifat air yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air pada danau atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan  suhu air makin rendah dibanding pada permukaan air. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut. Keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan maupun hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.

2. Kekentalan ( Viscosity )
Molekul-molekul air mempunyai daya saling tarik menarik, kalau daya saling tarik menarik tersebut mengalami gangguan karena adanya benda yang bergerak dalam air seperti benda tenggelam, maka akan timbul gesekan-gesekan yang disebut dengan “gesekan intern dalam air“/ Viscosity. Menurut kesepakatan para ahli fisika, pada suhu 0oC, kekentalan air murni mempunyai nilai yang terbesar, dan ditandai dengan angka 100. Makin naik suhunya, makin berkurang kekentalannya.

3. Suhu Air
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah.
Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain;
􀁸 Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
􀁸 Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
􀁸 Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan. Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen disbanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25oC – 32oC. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan.
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10oC suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme kuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organism air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC) .
Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi disbanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32oC menjadi 28oC). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28oC menjadi 21oC ).
Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budidaya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air. Berdasarkan hasil penelitian suhu air sangat berpengaruh terhadap respon ikan dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan selama berlangsung kegiatan budidaya.

4. Kecerahan dan kekeruhan air
Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam air. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui sampai dimanakah masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi didalam air.

b. Sifat Kimia

1. Oksigen

Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen terlarut.
Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million).

2. Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu parameter kimia yang sangat menentukan dalam kegiatan budidaya ikan. Karbondioksida yang dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah karbondioksida dalam bentuk gas yang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang peranan sebagai unsur makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat tinggi. Sumber gas CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-binatang air dan tumbuhtumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam air oleh jasad renik

3. pH Air
Untuk menciptakan lingkungan air yang bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan ikan gabus dapat hidup pada lingkunganmpH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2. Klasifikasi nilai pH dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 􀁸 Netral : pH = 7 􀁸 Alkalis (basa) : 7 < pH < 14 􀁸 Asam : 0 < pH < 7.

4. Nitrogen
Nitrogen didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Sedangkan nitrogen organic adalah nitrogen yang berasal bahan berupa protein, asam amino dan urea. Bahan organik yang berasal dari binatang yang telah mati akan mengalami pembusukan mineral yang terlepas dan utama adalah garam-garam nitrogen (berasal dari asam amino penyusun protein).

C. Sifat Biologi

Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.
Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

PENGUKURAN KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN

Parameter kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan di Indonesia sudah dibuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
Dalam peraturan tersebut dibuat kriteria kualitas air berdasarkan golongan yaitu Golongan A adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, Golongan B adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum, Golongan C adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan Perikanan dan Peternakan, Golongan D adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

I. AIR UNTUK BUDIDAYA

Media budidaya ikan merupakan suatu tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk budidaya ikan.
Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu kondisi perairan/ air harus mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber makanan hewan terutama ikan. Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya ikan maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu budidaya ikan.

II. PARAMETER KUALITAS AIR

A. Sifat Fisik

1. Kepadatan (density/berat jenis)

Pada suhu 4oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat jenisnya akan turun,demikian juga kalau suhunya lebih rendah dari 4oC. Sifat air yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air pada danau atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan  suhu air makin rendah dibanding pada permukaan air. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut. Keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan maupun hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.

2. Kekentalan ( Viscosity )
Molekul-molekul air mempunyai daya saling tarik menarik, kalau daya saling tarik menarik tersebut mengalami gangguan karena adanya benda yang bergerak dalam air seperti benda tenggelam, maka akan timbul gesekan-gesekan yang disebut dengan “gesekan intern dalam air“/ Viscosity. Menurut kesepakatan para ahli fisika, pada suhu 0oC, kekentalan air murni mempunyai nilai yang terbesar, dan ditandai dengan angka 100. Makin naik suhunya, makin berkurang kekentalannya.

3. Suhu Air
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah.
Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain;
􀁸 Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
􀁸 Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
􀁸 Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan. Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen disbanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25oC – 32oC. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan.
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10oC suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme kuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organism air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC) .
Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi disbanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32oC menjadi 28oC). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28oC menjadi 21oC ).
Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budidaya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air. Berdasarkan hasil penelitian suhu air sangat berpengaruh terhadap respon ikan dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan selama berlangsung kegiatan budidaya.

4. Kecerahan dan kekeruhan air
Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam air. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui sampai dimanakah masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi didalam air.

b. Sifat Kimia

1. Oksigen

Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen terlarut.
Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million).

2. Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu parameter kimia yang sangat menentukan dalam kegiatan budidaya ikan. Karbondioksida yang dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah karbondioksida dalam bentuk gas yang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang peranan sebagai unsur makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat tinggi. Sumber gas CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-binatang air dan tumbuhtumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam air oleh jasad renik

3. pH Air
Untuk menciptakan lingkungan air yang bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan ikan gabus dapat hidup pada lingkunganmpH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2. Klasifikasi nilai pH dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 􀁸 Netral : pH = 7 􀁸 Alkalis (basa) : 7 < pH < 14 􀁸 Asam : 0 < pH < 7.

4. Nitrogen
Nitrogen didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Sedangkan nitrogen organic adalah nitrogen yang berasal bahan berupa protein, asam amino dan urea. Bahan organik yang berasal dari binatang yang telah mati akan mengalami pembusukan mineral yang terlepas dan utama adalah garam-garam nitrogen (berasal dari asam amino penyusun protein).

C. Sifat Biologi

Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.
Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

PENGUKURAN KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN

Parameter kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan di Indonesia sudah dibuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
Dalam peraturan tersebut dibuat kriteria kualitas air berdasarkan golongan yaitu Golongan A adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, Golongan B adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum, Golongan C adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan Perikanan dan Peternakan, Golongan D adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

DAFTAR PUSTAKA

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan jilid 1 untuk smk, didownload dari laman https://defishery. wordpress.com/2011/03/09/uu-perikanan/

https://www.scribd.com/doc/17022707/Manajemen-Kualitas -Air-Untuk-Perikanan

http://penyuluhpi.blogspot.co.id/2017/05/pengelolaan-kualitas-air.html





SENI MENGOLAH IKAN





SENI MENGOLAH IKAN



I.  PENDAHULUAN


Sektor kelautan dan perikanan memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat berkembang di negara kita.  Indonesia merupakan negara maritim yang terbagi atas pulau-pulau dan sebagian wilayahnya merupakan perairan yang cukup luas. Potensi yang cukup luas terdapat di laut Indonesia berupa sumber daya alam yang melimpah, termasuk didalamnya terdapat banyak spesies ikan khususnya ikan yang dapat dikonsumsi.
Negara ini seharusnya dapat memanfaatkan kekayaan alamnya secara maksimal, kita tentu sudah mengetahui bahwasannya indonesia sebagai negara dengan cakupan perairan yang cukup luas, dimana di dalamnya terdapat banyak jenis ikan yang  baik untuk dikonsumsi penduduk indonesia dan tentunya dapat memenuhi kebutuhan protein penduduk indonesia. Namun , kita mengetahui bahwasannya penduduk indonesia memiliki tingkat konsumsi ikan yang masih dikategorikan rendah bahkan di kawasan Asia Tenggara Indonesia masih kalah dari Singapura dan Malaysia apalagi jika dibandingkan dengan Jepang dan Korea. Rendahnya konsumsi ikan perkapita penduduk di indonesia berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber protein nabati ini.
            Pulau Jawa merupakan daerah dengan konsumsi ikan perkapita terendah dibandingkan wilayah lainnya di indonesia, dan di wilayah Indonesia bagian timur memiliki tingkat konsumsi ikan yang cukup tinggi bahkan di atas rata-rata konsumsi ikan perkapita nasional. Hal ini mungkin disebabkan oleh budaya atau kebiasaan pola konsumsi yang berbeda dimasing-masing wilayah di Indonesia. Gambaran tersebut mengundang keprihatinan mengingat kekayaan sumberdaya ikan yang dimiliki Indonesia.
Ikan merupakan sumber protein yang murah dan mudah diperoleh karena terdapat hamper diseluruh kepulauan di Indonesia.  Namun demikian masih banyak masyarakat yang kurang gemar makan ikan karena tidak terbiasa dan terutama pengaruh bau amis dari ikan.  Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh kesegaran ikan.  Apabila ikan atau hasil laut lain dapat dipertahankan kesegarannya sampai ke tangan konsumen diharapkan dapat meningkatkan kegemaran mengkonsumsi ikan. 
Bagaimana meningkatkan kegeramaran mengkonsumsi ikan.  Selain syarat utama ikan, perlu juga memperhatikan rasa ikan melalui seni pengolahan ikan hingga menjadi aneka hidangan yang nikmat. 


II.  SENI MENGOLAH IKAN

Seni mengolah ikan ada berbagai macam, ada yang direbus, ada yang dikukus, ada pula ditumis, digoreng, dibakar hingga dicampur dengan jenis udang-udangan.  Berbagai seni mengolah ikan tidak lain ditujukan untuk meningkatkan tingkat konsumsi ikan dikeluarga.  Sungguh sebuah kondisi yang ironis apabila pelaku utama/usaha disektor perikanan malah tidak atau kurang gemar mengkonsumsi ikan.

1. Direbus
Pengolahan cara ini merupakan cara yang sangat mudah dan sederhana yaitu cukup dengan direbus dalam air.  Agar lebih nikmat biasanya digunakan bumbu yang tajam sebagai penyedap.  Contoh pengolahan ini yaitu sup ikan, pepes, schotel pindang, botok, bakso, dan lain-lain.

Dari sisi ilmu kesehatan, sebuah penelitian menyebutkan bahwa konsumsi ikan yang digoreng memberikan kontrubusi berbeda untuk kesehatan. Bahan makanan yang digoreng mengandung kalori lebih tinggi daripada makanan yang dipanggang, dikukus, atau direbus.
Sebagai contoh, dalam 12 udang goreng udang mengandung 280 kalori, sedangkan 12 udang yang direbus atau dipanggang hanya 85 kalori. Namun, jika mementingkan rasa makanan dan kemudahan, banyak yang memilih mengolah ikan dengan cara digoreng.

2. Dikukus
Cara ini juga merupakan olahan ikan yang ringan dimana ikan cukup dikukus saja tetapi dapat juga ditambah bumbu sebagai penyedap.  Bumbu-bumbu dapat yang ringan dan dapat pula yang tajam.  Contohnya masakan dengan bumbu ringan adalah ikan tim, pepes, godok dan yang bumbunya tajam seperti pepes pedas, mangut yang kemudian dikukus, dan otak-otak ikan.

3. Ditumis
Masakan ini sedikitnya menggunakan bumbu yang tajam dan lengkap untuk memberi aroma yang khas dan meningkatkan rasa.  Jenis masakan ini banyak digemari dan menjadi masakan khas daerah dengan nama yang berbeda-beda seperti : balado, pengek, gulai (Sumatera), dan rica-rica (Sulawesi)

4. Digoreng
Pengolahan seperti ini biasa dilakukan dengan dua cara, pertama digoreng biasa (diberi bumbu garam, bawang dan kunyit).  Dihidangkan dengan sambal, lalapan atau dengan sayur asem.  Kedua digoreng dengan dibungkus adonan lain yaitu dengan putih telur dan tepung panir atau tepung kanji.  Selanjutnya dihidangkan dengan sayur asam manis.  Selain itu ada pula ikan yang dibungkus dengan adonan tepung terigu yang dicampur telur dan diberi bumbu tahu goring.  Biasanya dihidangkan dengan saos tomat.

5. Dibakar
Jenis masakan ini diolah dengan cara dibakar di atas bara api (arang) atau langsung di atas api (kompor atau oven).  Dalam pengolahannya ada yang diberi garam, tetapi ada pula yang diberi bumbu dan dibungkus daun pisang biasa disebut ikan pepes atau pais ikan.  Daerah yang terkenal dengan masakan ikan bakar (Seafood) Adalah Sulawesi, sedangkan pepes terkenal dari Jawa Barat.

6. Dicampur antara ikan dan udang
Masakan seperti inui dimaksudkan untuk meningkatkan cita rasa karena ikan atau udang rasanya gurih dan bisa dipakai untuk memasak sayuran apa saja.  Selain itu campuran masakan seperti ini dapat menciptakan beragam jenis bakso, siomay, burger, otak-otak dan tekwan, yang lebih menarik dan disukai dibandingkan dengan masakan ikan biasa.


III.  OLAHAN IKAN BERGIZI

Berbagai jenis olahan ikan yang bergizi mampu meningkatkan nilai estetika  dan selera mereka yang mengkonsumsinya. Beberapa jenis olahan ikan yang bergizi diantaranya Sate Bakso Ikan Goreng, Schotel Ikan Saos Keju dan Fish Burger.
1. Sate Bakso Ikan Goreng
Bahan :
400 gram daging ikan patin, 200 gram tepung kanji, 1 butir telur ayam, 1 sendok makan saos ikan, bawang putih 2 siung, jahe 1 iris, garam dan merica secukupnya.
Cara membuat :
Daging ikan patin diblender, bumbu dihaluskan, masukkan telur dan campur sampai merata.  Kemudian rebus air sampai mendidih, adonan dibentuk bulat-bulat dan direbus sampai terapung lalu angkat.  Bakso ditusuki dengan tusukan sate lalu digoreng.  Hidangkan dengan sambal yang terdiri dari campuran kecap, cabe rawit, jeruk dan bawang merah.

2. Schotel Ikan Saos Keju
Bahan :
- 400 gram daging ikan kakap diiris-iris segi panjang, 1 bawang Bombay diiris, 200 gr jamur dibelah masing-masing 4 belahan, 25 gram butter.
- Garam dan merica secukupnya

Saus Keju :
- 50 gram tepung terigu
- 50 gram butter
- 300 cc susu
- 100 gram maggi blok
- Garam dan merica secukupnya

Cara membuat :
- Tumis bawang Bombay dengan butter
- Masukkan jamur dimasak sampai layu, tambah garam dan merica lalu angkat
- Masukkan jamur dan bawang Bombay di atas pyrex atau Loyang lalu tutup dengan ikan yang sudah diiris dan siram dengan saus keju atau hiasi dengan permata keju diatasnya.

Saus keju :
Lumerkan butter, masukkan tepung, beri susu sedikit demi sedikit, tamnbahkan keju parut, garam, merica dan maggi blok lalu angkat.
3. Fish Burger.
Bahan :
- 200 gram daging ikan patin
- 2 iris roti tawar, ½ bawang Bombay, 1 butir telur, 1 iris jahe, 2 siung bawang putih, merica, minyak dan garam secukupnya, 4 buah roti hot dog, sambal botol, tomat, timun dan slada.

Cara membuat :
- Daging ikan, bawang Bombay dan roti tawar diblender halus
- Campur dengan bumbu dan telur, aduk sampai rata
- Bentuk bulat panjang menjadi 4 buah
- Digoreng sampai masak
- Belah roti hot dog isi dengan fish burger, beri sambal dan hiasan tomat, timun dan daun slada.  Siap untuk dihidangkan.


IV.  PENUTUP

Untuk meningkatkan kegemaran mengkonsumsi ikan, selain syarat utamanya keberadaan ikan mudah diperoleh, seni mengolah ikan juga menjadi syarat berikutnya yang perlu jadi perhatian.  Kendati ikan yang diolah hanya satu jenis, namun bila pengolahannya berbeda, tentu akan menjadi aneka hidangan yang beda  rasa namun tetap nikmat.
Ada beberapa cara pengolahan ikan, mulai dari direbus, di kukus, ditumis, digoreng, dibakar hingga dicampur antara ikan dan udang.  Dengan berbagai seni dalam pengolahan ikan ini diharapkan pelaku usaha pengolahan ikan tidak kehabisan akal dalam mengelola produk olahannya agar tidak monoton dan bosan dimata dan lidah konsumen.



SUMBER PUSTAKA

Departemen Pertanian. 1994. Buletin Perbaikan Menu Makanan Rakyat. CV Cakra Donya. Jakarta.

Ny. Tuti Soenardi, 1990. Pengembangan Resep Populer Ikan Lembaga Kuliner Indonesia.

Santoso, Agung Budi. 2014. Ini Alasan Mengapa Ikan Jauh Lebih Sehat Dipanggang atau Direbus Dibanding Digoreng. Didownload dari laman https://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/11/ 02/ini-alasan-mengapa-ikan-jauh-lebih-sehat-dipanggang-atau-direbus-dibanding-digoreng.

Sungailiat. 2018. GEMARIKAN (Gemar Memasyarakatkan Makan Ikan) : Upaya Peningkatan Gizi Sejak Dini. Didownload dari laman https://kkp.go.id/djpt/ppnsungailiat/artikel/6676-gemarikan-gemar-memasyarakatkan-makan-ikan-upaya-peningkatan-gizi-sejak-dini