Saturday, December 17, 2022

BUDIDAYA IKAN NILA MENGGUNAKAN SISTEM BIOFLOK


 I. PENDAHULUHAN

Penggunaan teknologi bioflok dinilai menjadi salah satu cara budidaya ikan yang paling tepat untuk wilayah pemukiman.  Adanya keunggulan teknologi bioflok yang ramah lingkungan, terbukti dapat meminimalisir dampak polusi udara dan lingkungan bagi warga yang tinggal di sekitarnya.

Teknologi Bioflok adalah teknik untuk meningkatkan kualitas air dalam budidaya dengan menyeimbangkan karbon dan nitrogen dalam sistem akuakultur. Ini merupakan metode untuk mengontrol kualitas air secara berkelanjutan, dengan nilai tambah berupa ketersediaan protein mikroba sebagai sumber makanan. Dari proses ini, sistem bioflok menyediakan akuakultur berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek pembangunan lingkungan, sosial dan ekonomi.

Selain meningkatkan pertumbuhan bakteri heterotrofik, bioflok juga menyediakan protein bakteri ikan, mengurangi permintaan suplemen makanan, mengurangi biaya pakan hingga 30% untuk ikan yang dibudidayakan, dan juga mengurangi kadar nitrogen beracun dalam sistem dan limbah budidaya.

Kebutuhan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembuangan nutrien dan limbah organik adalah hal mendasar bagi akuakultur. Sistem bioflok muncul sebagai alternatif dari sistem konvensional untuk meminimalkan emisi efluen. Sistem  bioflok merupakan sistem yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, meminimalkan dampak lingkungan dari limbah organik dan pembuangan bahan organik, serta optimalisasi penggunaan air sebesar 90%.


Ikan Nila Bioflok

Sebagai komoditas yang yang banyak potensi dan permintaan, ikan nila juga merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dikembangkan di dalam kolam bioflok. Malahan penggunaan kolam bioflok ini menjadi salah satu alternatif agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Maka dari itu, Jika Anda ingin mencoba membudidayakan ikan nila dengan sistem bioflok maka Anda harus memahami kualitas budidaya secara bioflok.

Ikan nila merupakan jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Ikan nila merupakan jenis ikan untuk konsumsi dan hidup di air tawar. Ikan ini cenderung sangat mudah dikembangbiakkan serta sangat mudah dipasarkan karena merupakan salah satu jenis iklan yang paling sering dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat.

Dengan teknik budidaya yang sangat mudah, serta pemasarannya yang cukup luas, sehingga budidaya ikan nila sangat layak dilakukan, baik skala rumah tangga maupun skala besar atau perusahaan.

Apa Itu Bioflok? 

Bioflok sendiri berasal dari kata bios yang artinya “kehidupan” dan flok “gumpalan”. Jadi bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing dll), yang tergabung dalam gumpalan (floc). Bioflok dapat terbentuk jika ada 4 komponen yaitu sumber karbon, bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen.

 Terbentuknya bioflok terjadi melalui pengadukan bahan organik oleh aerasi supaya terlarut dalam kolam air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik (kondisi cukup oksigen) menempel pada partikel organik, menguraikan bahan organik (mengambil C-organik), selanjutnya menyerap mineral seperti ammonia, fosfat dan nutrient lain dalam air.

 Sehingga bakteri yang menguntungkan akan berkembang biak dengan baik. Bakteri-bakteri ini akan membentuk konsorsium dan terjadi pembentukan flok. Hasilnya kualitas air menjadi lebih baik dan bahan organik didaur ulang menjadi flok yang dapat dimakan oleh ikan.

Manfaat dan Keunggulan Budidaya Nila Bioflok 


  1. Survival rate 90 %, ikan lebih tahan hidup.
  2. FCR 1,03, artinya untuk menghasilkan 1kg ikan butuh 1,03 Kg pakan. ini karena kotoran diubah lagi menjadi pakan. Teknik lain FCR mencapai 1,5.
  3. Tebarannya 100 ekor / M3 artinya hanya butuh lahan sempit untuk memulai budidaya ikan. Ini bisa 10 kali lipat dari kolam biasa.
  4. Lebih cepat besar
  5. waktu peliharaan singkat, hanya 4-6 bulan
  6. Tidak perlu repot sering ganti air
  7. Tidak bau karena kotoran ikan didaur ulang untuk jadi pakan oleh bakteri baik
  8. Hasil panen dan keuntungan lebih banyak.
  9. Hemat pakan, karena penyerapan pakan lebih baik.
  10. Hemat lahan, karena padat tebar lebih banyak dan membutuhkan cahaya matahari yang minim
  11. Limbah dan kotoran lebih sedikit, sehingga menjadi lebih ramah lingkungan.
  12. Kondisi air lebih sehat karena cukup oksigen, serta sisa pakan dan bahan organik lain dimanfaatkan sebagai hara pembentuk flok bakteri.

Cara Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok

Langkah budidaya ikan nila dengan system bioflok yang bisa Anda terapkan secara mudah dengan penjelasan berikut ini:

1. Pembuatan Bioflok

Cara membuat kolam bundar bioflok sebenarnya tidaklah sulit. Utamanya jika kolam yang Anda gunakan adalah kolam terpal.


Untuk itu, berikut ini adalah cara membuat kolam bundar bioflok:

  1. Potong besi anyaman dengan panjang yang disesuaikan dengan besaran kolam. Ukuran yang optimal untuk kolam bundar adalah kolam bundar berdiameter 2 m.
  2. Kaitkan antar besi anyaman menggunakan cincin besi.
  3. Ikat dengan kawat untuk mengunci besi anyaman yang sudah dirangkai. Kemudian bentuk hingga menyerupai bentuk lingkaran.
  4. Potong terpal sesuai ukuran dan bentuk kolam yang diinginkan.
  5. Jahit potongan terpal sesuai rangka kolam.
  6. Lanjutkan dengan mengelem/seal agar kolam tidak bocor.

Akan lebih praktis lagi jika dulur sekalian membeli kolam bundar yang full set sehingga tinggal merangkai saja. Ukuran kolampun bisa menyesuaikan luas lahan yang dimiliki.

Setelah konstruksi kolam selesai, maka langkah selanjutnya adalah pemasangan beberapa peralatan. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut:

2. Pemasangan Peralatan Bioflok

Pemasangan beberapa peralatan pada kolam bioflok inilah yang membedakan kolam bundar bioflok dan yang konvensional.

Dengan pemasangan beberapa peralatan sederhana ini, maka proses budidaya ikan menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.

Berikut ini adalah beberapa peralatan yang perlu Anda pasang.

  1. Selang aerator.
  2. Filter saluran pemasukan
  3. Pipa pembuangan.
  4. Pompa.
  5. Blower 100 watt untuk 6 unit kolam bundar.

Alat-alat ini dipasang disetiap kolam, untuk mengetahui kekekuatan arus air, beserta kemampuan pengadukannya.

Dengan menggunakan alat-alat tersebut, arah pengadukannya dibuat melingkar. Sehingga endapan hanya terdapat dibagian tengan kolam.

Endapan yang terkumpul ditengah kolam tersebut terus diaduk, sehingga bahan-bahan organik yang terdapat didalamnya dapat terurai secara aerobik.

Sehingga oksigen terlarut (DO) dapat meningkat, sedangkan gas karbondioksida dapat terbuang sempurna.

Selain meningkatkan oksigen terlarut (DO) dan menurunkan karbondioksida (CO), penggunaan alat-alat tambahan ini juga dapat mengurangi penurunan pH dan alkalinitas air.

Serta menjaga flok untuk tetap tersuspensi didalam air.

Dengan begitu, bakteri baik dan ikan di dalam kolam dapat hidup dengan lebih nyaman, tidak stress dan angka kematian menjadi lebih rendah.

3. Persiapan Air Kolam Bioflok

Selain melakukan persiapan kolam bioflok, anda juga perlu melakukan persiapan air pada kolam bioflok secara tepat. Dengan menggunakan sistem bioflok, diharapkan perkembangan mikroba di dalam kolam dapat didominasi oleh bakteri menguntungkan.

Bahan Bioflok.

  • Garam kerosok 1kg/m3
  • Kapur Tohor (Ca Mg CO3) 50gr/m3
  • Molase tetes tebu 100ml/m3
  • Probiotik 10ml/m3



Masing masing  bahan dimasukkan ke ember berair, dicampur lalu dimasukkan ke dalam kolam. Lakukan ini secara bergantian, bukan semua dicampur jadi satu. campur garam krosok dengan air, lalu masukkan ke kolam, lanjut kapur tohor dan seterusnya.

Biarkan bioflok selama 10 hari, ini untuk merangsang bakteri baik hidup.

4. Padat Tebar Nila Bioflok

Pada tahapan tebar padat nila bioflok memang berbeda dengan nila yang dibudidayakan di kolam konvensional. Fungsional kolam bioflok yang memiliki instalasi, untuk mengubah penumpukan bahan organik berbahaya di dasar kolam menjadi makanan bagi bakteri pembentuk flok. Dengan begitu, padat tebar nila bioflok bisa lebih banyak dibandingkan dengan kolam nila konvensional.

  • Keuntungan lain penerapan sistem bioflok pada budidaya nila adalah nilai Feed Convertion Ratio (FCR) mencapai 1,03. Penjelasannya adalah 1,03 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg ikan nila pada masa panen.
  • Selain itu, peningkatan padat tebar ikan 10 hingga 15 kali lipat dibanding sistem budidaya biasa. Pada budidaya biasa kepadatan ikan hanya 10 ekor/m3, sedangkan pada budidaya bioflok mencapai 100 hingga 150 ekor/m³.
  • Hal tersebut tentu meningkatkan produktivitas hingga 25-30 kg/m³ atau sekitar 12-15 kali lipat jika dibandingkan sistem konvensional yang hanya 2 kg/m³.

Ikan nila yang dipanen pun memiliki ukuran lebih besar dan gemuk karena pencernaan pakan yang lebih optimal. Struktur daging nila juga lebih baik dan banyak, serta minim kadar air.

5. Penebaran Benih Nila

Sebelum melakukan penebaran benih ikan nila, anda perlu tahu kriteria dalam memilih benih ikan nila untuk tujuan pembesaran yang tepat seperti :

  • Memilih benih nila dari pihak pembenihan ikan nila tersertifikasi. Sebab nila yang didapat umumnya menjual benih nila yang berkualitas
  • Memilih benih nila unggul yang tidak cacat, sehat dan bebas dari bibit penyakit.
  • Benih dengan warna mengkilat  dengan ukuran kurang lebih 12 cm.
  • Pastikan benih memiliki warna yang sama dan setiap bibit memiliki berat kurang lebih 30 gram.
  • Lebih bagus benih nila monosex (mayoritas berkelamin jantan).

Berikut adalah cara penebaran benih nila:

  • Pilih proses penebaran benih pada pagi hari atau sore hari.
  • Lakukan penyesuaian media (aklimatisasi) yang cukup agar benih nila tidak stress karena perbedaan kualitas media (air).
  • Penuhi ember/bak dengan air kolam dan tunggu lagi selama 5 menit, proses ini dilakukan agar ikan nila tidak stress.
  • Sebarkan benih dengan perlahan ke dalam kolam terpal.
  • Anda bisa menebar benih nila sebanyak-banyaknya di sebuah kolam, tetapi akan lebih baik jika kamu memberi batas maksimum 100 ikan untuk setiap kolam.

6. Pemberian Pakan Ikan Nila


Hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian pakan ikan nila adalah sebagai berikut :
  • Selama 4 hari pertama, lakukan pemberian pakan dengan dosis 1% bobot biomass per hari. Berikan pakan sedikit demi sedikit dan lihat respon makan ikan sekitar 5 – 10 menit. Bila ikan terlihat makan, berikan kembali.
  • Lakukan pemberian pakan pada pagi dan sore secara konsisten.
  • Dosis pakan sejak hari ke-5 hingga panen adalah 3% hingga 2% bobot biomas per hari.

Dalam pemberian makan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.

7. Pemberian Probiotik Ikan Nila

Pemberian suplemen tambahan ke ikan nila dapat memberikan banyak manfaat untuk bubidaya ikan nila. Antara lain adalah memperbaiki kualitas air kolam, meningkatkan jumlah dan jenis plankton, menjadikan ikan nila lebih cepat besar, lebih sehat dan tahan terhadap serangan hama penyakit.

8. Cara Pemeliharaan Ikan Nila Bioflok

 a. Penggantian Air

Sistem budidaya menggunakan kolam bioflok berbeda dengan kolam atau aquarium pada umumnya. Air di kolam bioflok biasanya mudah kotor itu karena tidak diaduk secara terus menerus agar kandungan ammonia di air terlepas. Berikut tips agar kolam bioflok tidak mudah kotor :

  • Menambahkan probiotik kedalam wadah budidaya. Cara dan dosis pemberian probiotik kedalam wadah budidaya dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini.

  • Memastikan aerator menyala dengan baik untuk mengaduk kolam dan mensuplai oksigen.

 b. Pemantauan Hama dan Penyakit

Pada situasi normal penyakit ikan nila tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.

Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan pengolahan dasar kolam seperti melakukan pengeringan, pengapuran, dan pemupukan. Kemudian memasang filter atau saringan pada pintu masuk air, lakukan pemberantasan hama secara mekanis, dan mengurangi kepadatan ikan.

c. Panen Ikan Nila

Waktu yang diperlukan budidaya ikan nila bioflok mulai dari penebaran hingga panen mengacu pada kebutuhan pasar. umumnya pemanenan ikan nila selama 4 – 6 bulan. Ikan nila yang berusia 4 – 6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat bervariasi, antara 400 – 600 gram/ekor.



Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila tidak memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.


DAFTAR PUSTAKA

A, Fauzan Wahib. 2020. Teknologi Bioflok Dalam Perkembangan Akuakultur di Indonesia. Didownload dari laman https://digitani.ipb.ac.id/teknologi-bioflok-dalam-perkembangan-akuakultur-di-indonesia-2/. Diakses pada 21 Oktober 2022.

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2020. Standar Prosedur Operasional Pembesaran Ikan Nila dengan Teknologi Bioflok. Kementerian Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi

Casugiarto. 2022. Gampangnya Budidaya Bioflok Ikan Nila Keuntungan Selangit. Didownload dari laman https://erakini.com/budidaya-ikan-bioflok/. Diakses pada 21 Oktober 2022.

Fitri, Dyah Sunaring. 2022. Cara Budidaya Ikan Nila Menggunakan Sistem Bioflok Secara Lengkap. Didownload dari laman https://gdm.id/budidaya-ikan-nila-bioflok/. Diakses pada 21 Oktober 2022.

Kiswari. Dhona Indah. 2019.  Sistem teknologi Bioflok yang baik untuk Budidaya Perairan. Didownload dari laman https://mai.or.id/archives/2985. Diakses pada 21 Oktober 2022.

Mirzu. 2022. Keunggulan Sistem Bioflok, Budidaya Ikan Lele dan Nila yang Menguntungkan Peternak. Didownload dari laman https://nukilan.id/keunggulan-sistem-bioflok-budidaya-ikan-lele-dan-nila-yang-menguntungkan-peternak/. Diakses pada 21 Oktober 2022.

Friday, October 7, 2022

Budidaya Ikan Papuyu

 


Cara Budidaya Ikan Papuyu




Budidaya ikan papuyu merupakan salah satu jenis ikan yang cukup banyak penggemarnya. Ikan papuyu meupakan ikan primadona yang banyak dikonsumsi. Rasa dari ikan papuyu ini sangat nikmat dan lezat yang sering membuat orang ketagihan untuk menyantapnya. Tampilan ikan papuyu dengan bentuk agak lonjong dan pipih ini memang sangat khas.

Ikan papuyu bisa bertahan di air yang minim oksigen. Ia juga bisa beradaptasi di dataran tinggi meski sebenarnya ia lebih cocok dan akan cepat besar jika dipelihara di dataran rendah terutama dekat laut. Keuntungan budidaya ikan papuyu yang lain adalah minimnya resiko ikan mati serta ikan Papuyu tidak memiliki sifat kanibal seperti ikan lele. Hal ini membuat proses budidaya dan perawatan ikan Papuyu sangatlah mudah. Pangsa pasar ikan Papuyu juga sangat bagus karena banyak peminatnya.

Permintaan ikan papuyu di pasaran memang terbilang besar. Sehingga tak heran jika peluang usaha budidaya ikan papuyu kini menjanjikan. Dimana bisnis budidaya ikan papuyu ini menjanjikan keuntungan yang besar. Untung yang diberikan dalam bisnis budidaya ikan papuyu ini terbilang besar. Sehingga tak heran jika bisnis budidaya ikan papuyu ini banyak yang menjalankannya.


Memulai Bisnis Budidaya Ikan Papuyu

Bisnis pembesaran ikan papuyu memang menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah mati. Begitupun dengan bisnis budidaya ikan papuyu yang menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan. Untuk memulai bisnis budidaya ikan papuyu ini tidak sulit. Bisa di mulai dengan mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat memulai bisnis budidaya ikan papuyu di lahan kecil atau sekitar pekarangan rumah.

Pelaku Bisnis Budidaya Ikan Papuyu

Bisnis budidaya ikan papuyu ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua orang. Anda yang kini bingung mencari pilihan bisnis yang tepat. Dengan kemauan dan minat yang tinggi maka bisnis budidaya ikan papuyu ini dapat Anda jalankan dengan mudah.

Konsumen Bisnis Budidaya Ikan Papuyu

Konsumen budidaya ikan papuyu memang tidaklah sulit, konsumen budidaya ikan papuyu cukup besar mulai dari konsumsi rumah tangga hingga berbagai usaha kuliner.

Peralatan Bisnis Budidaya Ikan Papuyu

Dalam bisnis budidaya ikan papuyu membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya wadah dan jerigen, pompa air, pengadaan bibit ikan papuyu, selang dan paralon, timba, jaring, terpal,  pembuatan kolam ikan papuyu, peralatan pembersih kolam, sewa lahan, drum,  dan lainnya. Dengan adanya peralatan tersebut maka bisnis budidaya ikan papuyu makin maksimal.

Pemasaran Budidaya Ikan Papuyu

Dalam berjualan budidaya ikan papuyu, Anda bisa memasarkannya dengan cara menjualnya ke pasar, rumah makan, restoran atau hotel. Juga dapat memasarkannya ikan papuyu bagus ke swalayan atau supermarket.

Karyawan Bisnis Budidaya Ikan Papuyu

Karyawan dalam menjalankan bisnis budidaya ikan papuyu bisa menggunakan satu orang dahulu dalam permulaan.

Harga Jual Budidaya Ikan Papuyu

Patokan harga untuk budidaya ikan papuyu dapat Anda buat dalam hitungan per kg dimana harga mulai Rp 25.000 hingga Rp 30.000. Ini tergantung dari harga ikan papuyu yang ada di pasaran.

Keuntungan dalam Menjalankan Bisnis Budidaya Ikan Papuyu

Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis budidaya ikan papuyu ini yakni merupakan bisnis peternakan ikan papuyu yang paling menguntungkan. Sebab pemasaran ikan papuyu terbilang mudah.

Cara Budidaya Ikan Papuyu.
Ikan Papuyu merupakan ikan air tawar yang memiliki daya tahan serta kemampuan adaptasi yang bagus. Ikan ini sangat terkenal akan kemampuannya bertahan hidup pada lokasi yang hanya terdapat sedikit air. Di alam liar, ikan ini bahkan sering naik kedarat dengan bantuan kopengnya (sirip insang). 

Berikut langkah - langkah budidaya ikan papuyu :

1. Persiapan kolam budidaya ikan papuyu.


Ikan Papuyu bisa dibudiyakan di kolam tanah maupun kolam terpal dan semen. Namun akan lebih baik jika menggunakan kolam tanah dengan sistem sirkulasi air. Keunggulan kolam tanah untuk budidaya ikan Papuyu adalah mudahnya menumbuhkan pakan alami seperti plankton, ganggang, cacing dll. Selain itu juga lebih hemat biaya pembuatan kolam.

Ikan Papuyu ini tidak mudah sakit atau terinfeksi penyakit seperti ikan lele jadi pemeliharaan di kolam tanah pun tidak masalah. Agar muat banyak ikan sebaiknya buat ukuran kolam yang cukup besar. Anda bisa membuatnya didekat sumber mata air, ditepi sawah atau ditepi sungai. Untuk membuat air dalam kolam kaya unsur renik maka isikan pupuk kandang dalam karung kemudian karung tersebut direndam  dalam kolam selama 1 minggu. Untuk mempercepat proses tumbuhnya plankton anda bisa menambahkan probiotik khusus kolam. Air yang sudah berdegradasi hijau berarti siap untuk ditebar ikan.

2. Menyiapkan induk ikan papuyu jantan dan betina
 

Untuk membedakan Ikan Papuyu jantan dan betina, dapat dilihat dari tanda tubuhnya. Untuk tanda betina, tubuh membulat, perut agak gendut, warna agak kusam, gerakan lamban, lubang kelaminnya membulat dan berukuran 100 gram. Sedangkan untuk tanda jantan, tubuh memanjang, gerakan lincah, warna cerah, lubang kelamin memanjang dan berukuran antara 100 gram.

3. Pemijahan ikan papuyu.

Pemijahan dari Ikan Papuyu ini dilakukan dengan cara semi buatan, yakni induced spawning. Dengan cara, siapkan akuarium yang berukuran 60 x 50 x 45 cm, dan keringkan selama waktu 3 hari, setelah itu isi air setinggi 30 cm, dan hidupkan 2 titik aerasi dan biarkan hidup saat selama pemijahan, suntuk 2 ekot induk betina disore hari dengan menggunakan ovaprim dosis 0,5 ml/kg dan masukkan kedalam akuarium, sedangkan untuk jantan, suntik 8 ekor dan satukan dengan betina, biarkan memijah. Perbandingan antara keduanya jantan dan betina ialah 4 : 1. Pemijahan yang akan terjadi saat tengah malam sampai pagi hari dan telur hasil pemijahan menempel di dinding akuarium.

4. Penetasan dan pemeliharaan larva ikan papuyu.


Penetasan yang akan dilakukan diakuarium pemijahan yakni dengan memindahkan induk kekolam pematangan gonad. Di suhu 29-30 derajat Celcius, telur akan menetas sekitar 20-24 jam. Larva dipelihara selama 3 hari penuh sampai kuat untuk berenang. Untuk pakan sendiri, diberi artemia atau adlibitum. Setiap induk betina dapat menghasilkan larva sekitar 14.500 ekor.

5. Pendederan ikan papuyu.

 
Pendederan I dilakukan didalam hapa yang terpasang dikolam dengan cara menyiapkan kolam yang memiliki ukuran 200 m2, dan keringkan selama 4-6 hari dan isi air setinggi 40-60 cm, tebarkan 4 karung kotoran ayam atau bisa juga puyuh dan biarkan selama 4-5 hari, kemudian pasang 4-10 hapa yang ukurannya 200 x 100 x 80 cm dengan tiang - tiang bambu. masukkan sekitar 2000 ekot larva dan beri pakan tambahan seperti pelet halus dalam waktu seminggu. Saat itu larva telah berukuran 0,5 cm.

Pendederan II seperti pendederan I, bedanya hanya pada penebaran benih yang berasal dari pendederan I dengan kepadatan 200-300 ekor/m2 dan beri pakan tambahan pelet halus sebanyak kurang lebih 500 g/hari diawal, 750 g/hari minggu kedua, 1000 g/hari diminggu ketiga atau juga bisa sesuai kebutuhan dengan jangka waktu pendederan II selama 1 bulan dan saat itu benih telah mencapai ukuran 1-3 cm. Untuk pendederan III sendiri sama seperti pendederan I yang dilakukan selama 30 hari dan benih telah mencapai ukuran 3 hingga 5 cm.

6. Pembesaran ikan papuyu.


pembesaran sendiri dilakukan dikolam dengan cara menyiapkan kolam yang ukurannya 500 m2, keringkan 4-6 hari dan isi air setinggi sekitar 40-60 cm dan tebarkan 6 karung dari kotoran ayam atau puyuh serta dibiarkan selama 4-5 hari, kemudian tebarkan benih yang asalnya dari pendederan II dengan kepadatan 50 ekor/m2 lalu diberi pakan berupa pelet 5%/hari. Pembesaran sendiri dilakukan selama waktu 6 bulan dan selama itu pula berat Ikan Papuyu mencapai 60-75 gram.

Pembesaran Ikan Papuyu sendiri dapat dilakuan di jaring tancap dengan cara memilih lokasi dipinggir perairan yang mempunyai kedalam 1-1,5 m, dan siapkan sejumlah jaring yang ukuran panjangnya 4 x 3 x 1 dengan mess 0,5 cm. Pasang jaring yang mengikat ditiang -tiang yang tahan terhadap air, seperti halnya kayu ulin, tebarkan benih Ikan Papuyu yang asalnya dari tahapan pendederan III dengan memiliki kepadatan 50 hingga 100 ekor/m2, beri pakan tambahan yakni pelet sebanyak 5%/harinya dan frekuensi 4x. Pembesaran di jaring tancap juga berlangsung selama 6 bulan yang mana pada saat itu Ikan Papuyu telah berukuran 65 hingga 75 gram.

7. Pemberian pakan


Cacahan keong sebagai pakan alternatif ikanAturan pemberian pakan pada ikan Papuyu hampir sama dengan ikan Nila yakni bisa 2-3 kali sehari. Yang terpenting total pakan yang diberikan dalam sehari adalah 4-6% berat tubuhnya. Jumlah itu dibagi 2 atau 3 kali pemberian.

Jika lokasi kolam jauh dari rumah anda bisa memberikan pakan 2 kali sehari yakni pagi pukul 9 dan pukul 4 sore. Jika lokasinya ada disamping rumah maka sebaiknya pakan diberikan 3 kali yakni pagi jam 9 lalu siang jam 2 dan malam jam 8.

Hindari memberikan pakan di pagi hari karena nafsu makan ikan dipagi hari belum terlalu kuat. Untuk bahan pakan sendiri sebaiknya dipilih bahan yang mengandung kadar protein tinggi. Tentu yang paling bagus adalah pelet. Namun harga pelet sangat mahal. Ikan papuyu sendiri termasuk jenis omnivora sehingga mudah untuk mencarikan pakan alternatifnya. Baca juga Cara Budidaya Keong Mas. Keong emas, cacing tanah, cacing sutra, magot, dan jangkrik merupakan contoh pakan alternatif yang mengandung protein tinggi. Pakan alternatif tersebut bisa diberikan bersama pakan nabati seperti nasi sisa, bekatul, ampas kelapa, sisa sayur, atau ampas tahu.

8. Panen ikan papuyu

Ikan Papuyu bisa dipanen jika sudah berumur sekitar 4 Bulan. Namun jika anda menghendaki untuk panen umur 3 bulan pun tak masalah. Bobot ikan Papuyu dewasa di usia 4 bulan sekitar 100-200 gram/ekor. Cara pemanenan bisa dengan cara sekaligus (jika bibit berasal dari pendederan) atau dengan panen selektif menggunakan jaring jika penebaran awal menggunakan bibit dari alam bebas yang tidak seragam ukurannya.

Cara Memanen Ikan
Untuk pemanenan ikan papuyu sendiri ada 2 macam, yaitu :

Panen total
Pemanenan yang dilakukan tanpa melihat umur atau bahkan ukuran tubuh ikan papuyu, jadi panen dilakukan secara keseluruhan.

Panen selektif
Panen yang dilakukan dengan cara menjaring dan hanya memilih ikan mana saja yang sudah siap untuk dipanen. Panen selektif ini bertujuan untuk mencari indukan ikan dan juga untuk bisa dikonsumsi.

Tips Sukses Budidaya Ikan Papuyu.

  1. Lindungi kolam dari serangan predator menggunakan pagar waring (kelambu)
  2. Secara rutin menambahkan prebiotik setiap 1 atau 2 minggu sekali
  3. Porsi pakan pelet dicampur dengan pakan alternatif dengan perbandingan 40% pelet – 60% pakan alternatif hingga 20% pelet – 80% pakan alternatif agar semakin hemat biaya pakan
  4. Untuk aerator anda bisa memanfaatkan aliran air dari sungai atau mata air yang dialirkan melalui selang agar mengucur kedalam kolam.
  5. Mulailah belajar melakukan pemijahan benih ikan Papuyu agar lebih mudah memperoleh bibit awal
  6. Peliharalah ikan Papuyu yang berwarna hijau gelap karena terbukti mampu mencapai ukuran optimal yang lebih besar daripada Papuyu hijau kekuningan.

Daftar Pustaka

Admin Web Info Agribisnis. 2016. Budidaya Ikan Papuyu Dengan Cara Mudah Kami Ungkap Disini !!!. Didownload dari laman https://www.infoagribisnis.com/2016/11/budidaya-ikan-papuyu/. Diakses pada 7 Oktober 2022.

Abdul. 2018. 13 Cara Budidaya Ikan Papuyu di Kolam Terpal. Didownload dari laman https://arenahewan.com/cara-budidaya-ikan-papuyu-di-kolam-terpal. Diakses pada 7 Oktober 2022.

Aburamai15. 2018. 5 Cara Budidaya Ikan Papuyu bagi Pemula dengan Mudah. Didownload dari laman https://ilmubudidaya.com/cara-budidaya-ikan-papuyu-bagi-pemula. Diakses pada 7 Oktober 2022.

Berbagireviews. 2020. Cara Budidaya Ikan Papuyu / Ikan Papuyu dan Tips Sukses Budidaya Ikan Papuyu. Didownload dari laman https://www.berbagaireviews.com/2020/05/cara-budidaya-ikan-papuyu-ikan-papuyu.html. Diakses pada 7 Oktober 2022.


Saturday, August 27, 2022

PENERAPAN CARA PENGOLAHAN IKAN YANG BAIK



A. PERSYARATAN UMUM

Aspek keamanan produk perikanan adalah bagian dari keseluruhan mutu produk perikanan yang bersifat wajib. Masalah keracunan dan kontaminasi pada produk perikanan menjadi perhatian konsumen di seluruh dunia, sehingga masalah mutu dan keamanan produk perikanan menjadi sesuatu yang tidak bisa dinegosiasi.

Pertama, ikan dan produk perikanan harus aman dimakan, dan kedua menyehatkan bila dimakan. Oleh karena itu, Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices) merupakan prasyarat utama bagi suatu industri pengolahan ikan.

Program persyaratan dasar Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good. Manufacturing Practices) berfungsi sebagai dasar pemenuhan kondisi lingkungan dan pelaksanaan proses penanganan dan pengolahan dilakukan dengan baik. Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices) harus dikembangkan dan diterapkan pada setiap produk atau kelompok produk/proses produksi. 

Acuan yang harus dikembangkan dalam membuat Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices) yang baik mencakup:
1. Regulasi dan persyaratan terbaru;
2. Standar atau spesifikasi teknis;
3. Persyaratan negara importir;
4. Persyaratan teknis konsumen;
5. Informasi teknologi terbaru;
6. Praktek sebenarnya; dan
7. Pengalaman.

B. TUJUAN

Tujuan penerapan Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices) pada UPI yaitu:
1. Memastikan mutu produk dan menjamin tingkat dasar pengendalian keamanan hasil perikanan; 
2. Meminimalisir kontaminasi/bahaya.

Tujuan ini sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP/2019 Tentang Persyaratan dan tata cara penerbitan sertifikat Kelayakan Pengolahan



C. PENERAPAN CARA PENGOLAHAN IKAN YANG BAIK (GOOD MANUFACTURING PRACTICES} PADA UNIT PENGOLAHAN IKAN

Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices] pada UPI meliputi:

1. Seleksi bahan baku
  • Sumber bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar atau dibuktikan dengan hasil pengujian.
Perairan yang tidak tercemar adalah perairan bersih yang bebas dari kontaminasi mikrobiologi, bahan-bahan yang berbahaya dan/atau plankton laut beracun dalam jumlah tertentu yang dapat mempengaruhi keamanan dan mutu hasil perikanan meliputi ekosistem air laut, air tawar dan air payau.
Informasi mengenai sumber asal bahan baku ikan menentukan mutu ikan. Bahan baku yang berasal dari perairan tercemar kemungkinan besar sudah mengalami pencemaran. Ikan yang ditangkap atau dibudidayakan dari perairan yang tercemar diketahui kecenderungan dagingnya mengandung konsentrasi bahan pencemar yang nilainya melebihi ambang batas maksimal mutu yang telah ditetapkan sehingga UPI beresiko mendapatkan bahan baku berkualitas rendah dan membahayakan. Bahan baku yang akan digunakan harus diuji kimia (misalnya logam berat Pb, Hg, Cd, As, Sn) untuk menjamin pemenuhan mutu sesuai persyaratan standar.


  • Tidak berasal dari jenis ikan yang dilarang.
UPI harus memperhatikan jenis ikan tertentu yang dilarang atau memerlukan persyaratan tertentu yang dipasarkan untuk konsumsi manusia, misalnya:
1) Ikan beracun yang berasal dari famili Tetraodontidae, Molidae, Diodontidae,       Canthigasteridae;
2) Produk hasil perikanan yang mengandung biotoksin seperti jenis ikan karang yang mengandung toksin ciguatera dan kekerangan yang mengandung toksin hayati misalnya: Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), Diarethic Shellfish Poisining (DSP), Amnesic Shellfish Poisining (ASP), Neurotic Shellfish Poisining (NSP);
3) Ikan yang dilarang ditangkap sesuai ketentuan nasional dan internasional seperti hiu koboi (Carcharhinus longimanus), dan hiu martil (Sphyrna spp.); dan
4) Ikan yang dilarang ditangkap dengan ukuran dan kondisi tertentu seperti Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) dalam kondisi bertelur dan ukuran panjang karapas diatas 8 (delapan) cm atau berat diatas 200 (dua ratus) gram per ekor, dan benih sidat (Anguilla spp) dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 150 (seratus lima puluh) gram per ekor.



  • Bebas dari bahaya biologi, kimia, dan fisik.
Bahaya terhadap keamanan hasil perikanan terdiri atas:
1)  Bahaya biologi umumnya adalah bakteri dan mikroorganisme lain yang menyebabkan keracunan, sakit atau infeksi atau disebut bakteri patogen atau mikroorganisme patogenik. Mikroorganisme dapat ditemukan secara alami dalam ikan dan produk perikanan atau akibat terkontaminasi karena lemahnya pengawasan sehingga tumbuh dengan baik dalam hasil perikanan atau juga menghasilkan racun/toksin yang dapat membuat sakit. Mikroorganisme selain bakteria, yang mungkin berbahaya termasuk adalah virus, protozoa, parasit, kapang dan khamir.
2)  Bahaya kimia termasuk berbagai macam bentuk komponen kimia yang mungkin mengkontaminasi ikan dan produk perikanan dan dapat merugikan atau membahayakan. Bahan kimia tersebut mencakup diantaranya:
a)  Terjadi secara alami dan terakumulasi dalam tubuh ikan, seperti logam berat (Pb, Hg, Cd, As, Sn), atau toksin dari biota laut (toksin alga, ciguatera, bio toksin);
b)  Sengaja ditambahkan seperti: formalin, pestisida, fungisida, insektisida, obat-obatan hewan atau antibiotik; dan
c)  Tidak sengaja ditambahkan seperti: bahan bakar atau minyak dari kapal penangkap ikan, dan bahan pembersih di UPI.
3) Bahaya fisik termasuk berbagai macam kontaminan yang luas seperti pecahan kaca, logam, staples, tulang atau sisik ikan, cangkang, kaki atau bulu binatang, dan lain-lain, atau benda asing yang dapat membahayakan manusia ketika mengkonsumsi produk tersebut.

  •  Memenuhi persyaratan mutu sesuai peruntukannya dengan mengutamakan penggunaan bahan baku yang berasal dari produksi perikanan dalam negeri baik dari ikan hasil tangkapan maupun pembudidayaan ikan yang terjamin ketertelusurannya.

Mutu bahan baku harus sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, serta aman dan layak untuk dikonsumsi. Standar yang dipersyaratkan diantaranya Standar Nasional Indonesia (SNI), standar internasional, atau standar negara importir. Persyaratan atau standar bahan baku dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk memenuhi mutu dengan standar yang dipersyaratkan, UPI mengutamakan penerimaan bahan baku dari unit pembudidayaan ikan yang menerapkan cara budidaya ikan yang baik, kapal penangkap dan kapal pengangkut ikan yang menerapkan cara penanganan ikan yang baik, atau pengumpul/supplier yang menerapkan cara penanganan ikan yang baik.

Bahan Baku yang akan digunakan harus diuji secara organoleptik, fisik, kimia, dan mikrobiologi untuk menjamin pemenuhan mutu sesuai persyaratan standar.
  • Pengangkutan Bahan Baku menggunakan alat angkut yang memenuhi persyaratan.
Selama pengangkutan bahan baku ke UPI harus menerapkan sistem rantai dingin dengan menjaga suhu pengangkutan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Sarana pengangkutan harus mempunyai fasilitas penyimpanan yang sesuai karakteristik produk meliputi:
1)  Penyimpanan beku yang mampu menjaga suhu produk -18°C (minus delapan belas derajat celcius) atau lebih rendah;
2)  Penyimpanan segar yang mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh es 0°C (nol derajat celcius);
3)  Penyimpanan keadaan hidup harus mampu mempertahankan ikan tersebut dengan tetap terjaga kondisi dan mutunya; dan
4)  Penyimpanan kering harus mampu mempertahankan pada suhu ruang.


Sarana pengangkutan bahan baku juga harus bersih dan mampu menghindari kontaminasi, didesain sehingga tidak merusak bahan baku, permukaannya harus rata, mudah dibersihkan, dan didesinfeksi. Dilengkapi peralatan untuk menjaga suhu selama pengangkutan, dan mampu melindungi bahan baku dari resiko penurunan mutu. Sarana pengangkutan tidak digunakan juga untuk tujuan lain secara bersamaan untuk menghindari kontaminasi kepada bahan baku.

Pengangkutan bahan baku tidak boleh dicampur dengan produk lain yang dapat mengakibatkan kontaminasi atau mempengaruhi higienis, kecuali produk tersebut dikemas, sehingga mampu melindungi produk tersebut.

  • Dilengkapi dengan catatan atau informasi yang terkait dengan penelusuran dan monitoring.
Bahan baku yang diterima didokumentasikan dan termonitor. Untuk tujuan pengawasan ketertelusuran produk, UPI harus mendokumentasikan asal dan jenis produk, nama pemasok/supplier, asal kolam/tambak budidaya, nama kapal penangkap Ikan dan/atau kapal pengangkut ikan.

  • Dilakukan dengan cepat, saniter, terlindung, dan mencegah kontaminasi.

Proses penanganan bahan baku ikan agar dapat teijamin mutu dan keamanannya harus menerapkan prinsip-prinsip berikut ini:
1)  Bersih
     Menangani dengan cara bersih, tidak menjadi terkontaminasi;
2)  Hati-hati
     Menangani dengan hati-hati, dan tidak membuat bahan baku rusak;
3)  Dingin
     Dalam kondisi dingin; dan
4)  Cepat
     Menangani dengan cepat dan menghindari peningkatan suhu.



2. Penanganan Ikan dan Pengolahan Ikan, dilakukan dengan ketentuan:
  • Memperhatikan waktu, kecepatan, dan suhu.
Dalam melakukan penanganan dan pengolahan ikan, perlu dipertimbangkan kombinasi waktu dan suhu yang digunakan serta kecepatan proses untuk memenuhi spesifikasi produk yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
  • Menggunakan teknologi sesuai dengan prinsip Penanganan Ikan dan Pengolahan Ikan.
Pengolahan ikan bertujuan untuk mengawetkan ikan, mempertahankan mutu, memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai tambah pada hasil perikanan.

Teknologi yang digunakan sesuai prinsip penanganan dan pengolahan ikan terdiri dari:
1)   Suhu rendah
a)  Pendinginan misalnya dengan pengemasan dalam cool box; dan
b)  Pembekuan misalnya dengan Air Blast Freezer, Tunnel Freezer, Fluidised Bed Freezer, Spiral Freezer, Belt Freezer, Contact Plate Freezer, Immersion Freezer, dan Spray Freezer.
2)   Suhu tinggi
a)  Pasteurisasi misalnya dengan pemanasan sehingga suhu pusat produk rajungan mencapai 85° C (delapan puluh lima derajat celcius) paling sedikit selama 1 (satu) menit;
b)  Sterilisasi misalnya pemanasan dengan retort; dan
c)  Pengasapan misalnya dengan kombinasi suhu dan waktu yang cukup dalam kabinet atau ruang pengasapan (smoking chamber).
3)   Pengendalian Water Activity (Aw)
a)  Pengeringan misalnya dengan pengeringan alami matahari (sun drying), pengering oven, pengering tungku [kiln drier), pengering beku [freeze drier), pengering terowongan [tunnel drier), pengering rak hampa (vacuum drief drier), pengering ban berjalan [continuous belt drier);


b)  Penggaraman misalnya dengan penggaraman kering, penggaraman basah, dan penggaraman kombinasi; dan
c)  Fermentasi misalnya dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol pada pembuatan terasi udang atau kecap ikan.
4)  Reduksi misalnya dengan proses pembuatan tepung ikan;
5)  Ekstraksi misalnya dengan proses pengekstraksian minyak ikan; dan
6)  Surimi misalnya dengan mesin pelumat daging ikan dan adanya penambahan bahan pangan lain.

Selanjutnya, UPI yang menangani produk beku harus mempunyai:
1)  Sarana pembekuan yang mampu menurunkan suhu secara cepat hingga mencapai suhu pusat -18° C (minus delapan belas derajat celcius); dan
2)   Sarana penyimpanan beku yang mampu menjaga suhu produk -18°C (minus delapan belas derajat celcius) atau lebih rendah.

UPI yang menangani produk segar harus mempunyai sarana pendinginan (chill room) yang mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh es.
UPI yang menangani produk ikan kaleng harus mempunyai sarana retort yang mampu melakukan proses sterilisasi komersial.

  •  Memperhatikan jenis produk dan peruntukannya serta sesuai spesifikasi produk yang dipersyaratkan.


Produk perikanan yang dihasilkan UPI disesuaikan dengan teknologi penanganan dan pengolahan yang digunakan, dan peruntukannya harus memenuhi standar mutu serta harus memenuhi spesifikasi produk yang dipersyaratkan oleh buyer misalnya ukuran/ size produk.

  • Menggunakan bangunan yang memiliki fasilitas sesuai persyaratan.



Bangunan UPI dan fasilitasnya harus memenuhi persyaratan meliputi:
1) Lokasi dan Bangunan UPI
a) UPI harus dibangun di lokasi yang tidak tercemar dan menjamin tersedianya ikan yang bermutu baik;
b) UPI tidak diperbolehkan dibangun di lingkungan pemukiman, kawasan industri atau kegiatan lain yang dapat mencemari hasil perikanan yang diolah;
c) UPI harus terpisah dari rumah tinggal/kegiatan rumah tangga atau berlokasi yang diperuntukan untuk kegiatan usaha perikanan/industri;
d) lokasi sekitar area UPI harus saniter, higienis, dan tidak menjadi sumber kontaminan (bersih dari sampah, semak-semak, tanaman dan rumput liar, genangan air yang bisa menarik binatang pengganggu/dipelihara dan dijaga untuk mencegah serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya);
e) bebas dari pencemaran (seperti persawahan, rawa, pembuangan sampah, daerah kering dan berdebu, daerah kotor, daerah berpenduduk padat, industri yang bisa mengakibatkan pencemaran);
f) tidak boleh ada binatang peliharaan (kucing, anjing, burung, dan lain lain); dan
g) bangunan UPI harus dirawat, dibersihkan, dan dipelihara secara saniter. Ruangan yang digunakan untuk semua proses penanganan dan pengolahan ikan harus memadai dan memenuhi persyaratan.

Dokumen yang diperlukan untuk monitoring kondisi bangunan dan fasilitas UPI antara lain: tata letak UPI, rekaman sanitasi harian, hasil audit internal, rekaman perawatan kondisi bangunan dan fasilitas UPI, dan lain lain.
2)  Pintu masuk
a) terbuat dari bahan yang halus, kedap air, mudah dibersihkan, dan didesinfeksi, didesain membuka keluar atau kesamping, dapat ditutup dengan baik, serta selalu tertutup;
b) pintu diberi tirai plastik dan dilengkapi dengan alat pencegah serangga;


c)  Tidak boleh ada celah dibawah pintu;
d)  Pintu bahan baku dan pintu produk akhir harus dipisah agar tidak terjadi kontaminasi silang antara bahan baku dengan produk akhir di pintu penerimaan. Apabila pintu bersamaan, maka tidak bisa dipastikan bahwa proses penerimaan bahan baku tidak bersamaan dengan pemuatan produk akhir; dan
e)  Pintu masuk ke ruang pengolahan dilengkapi dengan bak cuci kaki yang memadai dan didesinfeksi. Untuk UPI yang menurut jenis olahannya tidak sesuai menggunakan bak cuci kaki, dapat diganti dengan alas kaki yang khusus digunakan di ruang pengolahan.
3)      Lantai
a)  Permukaan lantai halus, tanpa retak, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, terbuat dari bahan yang kedap air, tahan garam, asam, basa, dan bahan kimia lainnya serta tidak mudah pecah;
b)  Konstruksi lantai mencegah adanya genangan air; dan
c)  Lantai harus mempunyai kemiringan yang cukup, serta dirancang untuk memudahkan pembuangan air.



4)      Dinding
a)  Permukaan dinding kedap air, tidak mudah mengelupas, halus, rata, tanpa retak, tidak bercelah, tidak berjamur, mudah dibersihkan dan didesinfeksi;
b)  Pertemuan antar dinding dan dinding dengan lantai tidak membentuk sudut mati sehingga mudah dibersihkan; dan
c)  Berwarna terang.
5)   Langit-langit/ Atap
a)  Didesain untuk mencegah akumulasi kotoran, kondensasi, dan pertumbuhan jamur;
b)  Tidak ada pengelupasan cat, bebas dari bocor, retak dan celah;
c)  Permukaan halus, dan mudah dibersihkan;
d)  Langit-langit atau sambungan atap mudah dibersihkan; dan
e)  Berwarna terang.
6) Jendela dan bagian yang dapat dibuka
a)  Didesain untuk mencegah akumulasi kotoran/debu;
b)  Dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya serangga dan binatang pengganggu lainnya; dan
c)  Mudah dibersihkan.
7) Ventilasi
a)  Ventilasi mencukupi untuk sirkulasi udara agar udara mengalir dengan baik dari area bersih ke area kotor;
b)  Dapat meminimalisir/menghilangkan debu, uap, asap, panas yang mengganggu kesehatan dan dapat mengkontaminasi produk;
c)  Mencegah kondensasi dan mampu mencegah masuknya kontaminan ke dalam ruang proses; dan
d)  Mudah dirawat dan dibersihkan.
8) Penerangan
a)  Penerangan memadai dan lampu di seluruh ruang proses dilengkapi dengan pelindung yang aman; dan
b)  Lampu harus tersedia secara memadai di semua area di UPI.
9) Saluran pembuangan
a)  Saluran pembuangan dikontruksi untuk mencegah kontaminasi dan memadai untuk mengalirkan kotoran (limbah cair);
b)  Saluran pembuangan diberi penutup untuk mencegah binatang penggangu masuk;
c)  Disediakan tempat sampah tertutup dengan sistem injak untuk sampah padat dan selalu dibersihkan dan disanitasi sehingga tidak menjadi sumber kontaminasi terhadap UPI dan lingkungan; dan
d)  Sampah di dalam langsung dibuang dan tidak dibiarkan lama di ruang proses di UPI karena bisa menarik binatang pengganggu dan menimbulkan bau.
10)   Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Fasilitas IPAL yang dimiliki UPI harus memadai dan dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Khusus untuk UPI skala mikro kecil tersedia IPAL dengan treatment pengolahan air limbah yang sederhana misalnya dengan sistem filterisasi air limbah yang sederhana dibuat sendiri.



3. Penanganan dan penggunaan bahan tambahan, bahan penolong, dan bahan kimia, 
        dilakukan dengan ketentuan:

a.       Bahan tambahan dan bahan kimia yang diizinkan.
UPI dilarang menggunakan bahan tambahan dan bahan kimia yang tidak diizinkan sesuai ketentuan peraturan perundangan seperti formalin, borax, pewarna tekstil, insektisida, dan lain-lain dalam proses pengolahan. Apabila bahan tambahan atau bahan kimia yang digunakan belum ada standar mutu yang ditetapkan, maka digunakan dengan izin khusus. Penggunaan bahan tambahan dan bahan kimia harus di bawah pengawasan petugas UPI yang mengetahui bahaya penggunaannya sesuai dengan peraturan perundang- undangan.


b.   Bahan penolong sesuai persyaratan dan prosedur.
Bahan penolong yang dipakai saat kegiatan penanganan dan/atau pengolahan ikan dan hasil perikanan adalah air dan es yang harus memenuhi persyaratan dan mengikuti prosedur penggunaan yang telah ditetapkan.
c.   Bahan tambahan, bahan penolong, dan bahan kimia tidak merugikan atau membahayakan            kesehatan manusia dan memenuhi standar mutu.
Penggunaan bahan tambahan, bahan penolong dan bahan kimia tidak melebihi batas maksimum, dan penggunaannya sesuai dengan peraturan perundangan agar memenuhi persyaratan kesehatan.
d.   Bahan penolong berasal dari sumber yang tidak tercemar.
Bahan penolong tidak berasal dari sumber yang terkontaminasi. Bahan penolong harus ditangani, dan digunakan sesuai persyaratan, serta diuji secara periodik (fisik, kimia, dan biologi).

4. Pengemasan, dilakukan dengan ketentuan:

a.   Dilakukan pada tempat yang higienis untuk menghindari kontaminasi pada Hasil 
                    Perikanan.
Semua tahapan proses pengemasan dilakukan dengan cepat, saniter dan dalam kondisi higienis yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi pada Hasil Perikanan. Kemasan harus disimpan dalam gudang tersendiri, terlindung dari debu dan kontaminasi, serta gudang dalam kondisi kering. Kemasan produk diberi label atau keterangan yang menunjukkan ringkasan atau deskripsi produk, jenis produk, tahun, bulan, dan tanggal produksi, serta negara asal.
b.  Bahan kemasan melindungi dan mempertahankan mutu dari pengaruh luar 
                   dan tidak menjadi sumber kontaminasi.
Bahan kemasan yang digunakan harus tidak mempengaruhi karakteristik produk, tidak digunakan ulang, bersih, dan saniter, atau steril tidak membahayakan konsumen. Kemasan harus sesuai dengan tara pangan (food grade) atau aman digunakan untuk pangan, dan pelabelan berdasarkan ketentuan yang berlaku.


5. Penyimpanan, dilakukan dengan ketentuan:

a.  Suhu dan kondisi penyimpanan dipertahankan sesuai dengan karakteristik produk perikanan.
    1. Suhu penyimpanan produk segar, produk mentah, dan produk masak yang didinginkan dipertahankan pada suhu mendekati titik leleh es 0°C (nol derajat celcius);
    2. Suhu penyimpanan produk beku disimpan pada suhu sekurang-kurangnya -18°C (minus delapan belas derajat celcius) dan dilengkapi alat pencatat suhu yang mudah dibaca
    3. Suhu penyimpanan produk pasteurisasi disimpan pada suhu paling tinggi 5°C (lima derajat Celcius);
    4. Suhu penyimpanan produk sterilisasi disimpan pada suhu ruang;
    5. Suhu penyimpanan ikan hidup disimpan pada suhu yang tidak berpengaruh buruk terhadap kelangsungan hidupnya atau tidak mempengaruhi keamanan produk; dan
    6. Suhu penyimpanan produk lainnya disimpan pada suhu yang tidak berpengaruh buruk terhadap keamanan produk.
b.  Bahan dan hasil produksi disimpan secara terpisah.
Penyimpanan bahan baku tidak boleh disatukan dengan penyimpanan produk akhir untuk mencegah terjadinya kontaminasi, serta bahan yang digunakan untuk produk tidak boleh disatukan penyimpanannya dengan bahan yang bukan untuk produk.

c.  Tempat atau lokasi penyimpanan bersih, bebas dari serangga, bebas dari binatang pengerat,
               dan/atau bebas dari binatang lain.
Tempat penyimpanan harus saniter, terlindungi dari kontaminasi binatang pengganggu dan dilakukan monitoring.


d. Bahan dan hasil produksi diberi tanda dan ditempatkan secara jelas.

Penyimpanan bahan baku harus dilengkapi dengan tanda/kode penyimpanan bahan baku, dan penyimpanan produk akhir harus dilengkapi dengan label yang dipersyaratkan.

e. Pada tempat penyimpanan atau tata letak memungkinkan first in first out.

Prinsip penyimpanan first in first out adalah produk yang pertama disimpan menjadi produk yang pertama keluar. Tujuannya untuk mengatur siklus penyimpanan.

f. Penyimpanan menggunakan sistem ketertelusuran.

Untuk tujuan pengawasan ketertelusuran produk, maka UPI harus mendokumentasikan jenis produk, kode produksi, dan lain lain.

g. Pemeliharaan tempat penyimpanan harus dilakukan secara berkelanjutan.

Tempat penyimpanan harus terawat, bersih, dan saniter serta dilakukan monitoring pemeliharaan secara berkala.

h. Dilakukan pengawasan secara periodik.

Suhu penyimpanan dan suhu selama distribusi harus sesuai dengan jenis produk akhir, dan dilakukan monitoring suhu secara berkala. Kondisi penyimpanan produk sampai distribusi harus mampu mempertahankan mutu dan keamanan produk. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus bersih, dapat melindungi produk baik fisik maupun mutunya sampai ke tempat tujuan.


Sumber Pustaka :

Anita, Ayu. 2019. Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP )Pada Proses Pembekuan Ikan Layur (Trichiurus lepturus) di PT.Usaha Central Jaya Sakti Makassar Sulawesi Selatan.  Tugas Akhir. Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep : Sulawesi Selatan.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP/2019 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan