Tuesday, December 7, 2021

TEKNIK PENGANGKUTAN IKAN




I. PENDAHULUAN

    Pengangkutan ikan merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam rantai pemasaran produk perikanan. Mengingat lokasi pembenihan/budidaya tidak selalu ada disekitar lokasi tujuan pasar, maka diperlukan pengangkutan dengan teknik yang baik dan benar.

Gambar 1. Pengangkutan Ikan dan Benih Ikan

    Pengangkutan dimaksud untuk memindahkan ikan dengan jumlah sebanyak-banyaknya, hidup dan sehat sampai tujuan. Alat transportasi jarak jauh digunakan: kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut ataupun pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan sarana transportasi ikan jarak jauh yang paling cepat, khususnya untuk induk, telur atau benih kecil dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

    Transportasi ikan hidup melibatkan pemindahan ikan jumlah banyak dalam volume air yang sedikit. Selama pengangkutan, ikan menjadi stres, terluka, kena penyakit, akibat penanganan dan perlakuan, pemasaran sehingga akibat yang paling jelek mengalami kematian. Prinsip pengangkutan adalah persiapan, pengepakan, perlakuan dan pengangkutan. Untuk menjamin keberhasilan pengangkutan ikan adalah menekan aktivitas metabolisme ikan, menambah oksigen dan membuang gas-gas beracun.

   Faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen adalah: berat ikan, aktivitas ikan dan suhu lingkungan. Semakin besar ikan, semakin tinggi mengkonsumsi oksigen per jam. Meskipun per satuan berat tubuh ikan, ukuran ikan lebih kecil mengkonsumsi oksigen lebih banyak dan pada ikan besar. Ikan yang aktip berenang mengkonsumsi oksigen lebih banyak daripada ikan diam (istirahat). Ikan yang hidup di air suhu tinggi memiliki laju konsumsi oksigen lebih besar.

   Dari uraian di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
  •  Jenis ikan, ukuran ikan, dan kepadatan ikan yang akan memengaruhi sarana pengangkutan.
  •  Kemasan Pengangkutan. Perhatikan kemasan pengangkut, tertutup atau terbuka.
  •  Jarak tempuh yang akan dilalui serta transportasi yang digunakan dan sistem kemasan.
  •  Suhu selama peroses perjalanan. Suhu harus dipertahankan, tingkat konsistensi mendekati suhu normal karena ketika terjadi perubahan suhu pada saat proses perjalanan akan membuat ikan stres. Untuk menjaga agar suhu tetap stabil, dapat menggunakan pecahan es batu yang diberikan di sekitar media.

II. PENANGANAN IKAN SEBELUM PENGANGKUTAN


A. Proses Penampungan

    Selama atau setelah pemanenan, ikan hasil tangkapan harus ditampung beberapa waktu sampai ikan dikirim ke akhir tujuan. Selama penampungan dapat dilakukan sortasi dan grading ukuran. Penampungan dapat untuk waktu yang pendek (provisional storing) atau waktu yang lama (prolonged storage). 

   Provisional storing sering dilakukan pada waktu sedang dilakukan panenan, ikan ditampung, kemudian ikan disortasi. Selanjutnya ikan dipaking dan segera dikirim ke tujuan akhir, misalnya benih ke kolam-kolam pemeliharaan atau penebaran di lokasi dekat atau ikan konsumsi yang segera akan diolah. 

   Penampungan lama dilakukan selama 2-3 hari atau Iebih diawali dengan sorting dan grading. Penanganan harus dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak stres, terluka dan terserang penyakit. Keberhasilan penampungan ikan hidup dipengaruhi pula oleh teknik penangkapan selama pemanen.

    Ikan harus ditempatkan dalam kondisi yang baik. Kualitas daging ikan dapat meningkat. Ikan-ikan yang sebelumnya dipelihara dalam kolam yang berlumpur atau dengan pemberian pupuk organik atau pakan berupa Iimbah diperlukan penampungan untuk menghilangkan bau lumpur, Iendir dan parasit yang mungkin menempel. Dengan penampungan yang baik selama beberapa waktu (2 jam) akan meningkatkan kualitas dagingnya, namun penurunan berat harus seminim mungkin.

    Penampungan biasanya dilakukan dengen menempatkan ikan dalam tempat penampungan dengan air yang mengalir untuk menjamin kecukupan oksigen. Aliran air tidak boleh terlalu berlebihan untuk menekan ikan berusaha berenang yang akan mengeluarkan enerji, sehingga dapat mengurangi beratnya. Apabila penampungan hanya sebentar, ikan tidak perlu diberi pakan. Penampungan ikan harus terlindung. Penampungan ikan harus ditempatkan di dekat tempat tinggal atau rumah agar mudah pengawasan. Hal ini dimaksud untuk menghindari musuh-musuh alami ikan dan pencurian.


Gambar 2. Penampungan Sementara Benih Ikan Sebelum Pengangkutan

B. Teknik Penampungan

1) Kantong jaring

    Kantong jaring yang dipasang di kolam atau saluran air dapat digunakan untuk penampungan selama penangkapan ikan dilakukan. Ukuran mata jaring tergantung pada ukuran ikan yang akan ditampung. Benih larva ukuran sekitar 0,6-0,9 cm dengan hapa ukuran lubang 2-3 cm, benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan ikan lebih besar 10 cm menggunakan jaring polyetheline ukuran lubang 0,75 inci (2 cm). Jaring dipasang ditempatkan dekat pintu air masuk kolam agar mendapatkan air yang segar dan bersih. Kantong jaring ukuran 2-4 m x 1-4 m dan tinggi 0,8 m lebih cocok digunakan bila dibanding kantong berukuran besar.

b) Keramba jaring

   Keramba jaring dibuat dengan kerangka besi atau kayu dan kisi-kisinya dilapisi jaring. Benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan ikan lebih besar 10 cm menggunakan jaring polyetheline ukuran lubang 1 inci. Ikan-ikan lunak seperti karper dan lele dapat ditampung dalam keramba kecil. Ikan-ikan tersebut tahan terhadap kandungan oksigen relatif rendah dan kepadatan tinggi. Karper tidak besirip keras dan duri keras lele tidak tegang, sehingga dalam keadaan padat tidak merusak ikan lainnya.

c) Bak/Kolam permanen

   Bak/kolam permanen berukuran panjang 2-6 m, lebar 1-2 m dan tinggi 1 m sangat tepat untuk penampungan ikan dalam jangka waktu relatif lama. Dinding bak dibuat halus agar tidak melukai ikan. Aliran air cukup dan level air mudah diatur dan pengurasan total dapat dilakukan dengan cepat. Oleh karena itu pintu air pembuangan dibuat model monik dengan pintu berupa beberapa papan yang dipasang pada sekat. Untuk lebih mudah pengangkatan ikan dan penampungan bisa dilapisi jaring, sehingga air tidak perlu harus dibuang total. Apabila ikan harus diberi pakan, dengan ransum 1% berat total per hari. Namun sehari sebelum diangkut, pemberian pakan harus dihentikan.

C. Kuantitas Ikan Penampungan

    Jumlah ikan yang ditampung bervariasi tergantung pada spesies, ukuran ikan, aliran air, kandungan oksigen dan suhu air. Keadaan demikian sangat sulit untuk menentukan jumlah ikan yang tepat yang harus ditampung dalam wadah yang berbeda. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pada penampungan benih sementara selama penangkapan lebih mudah dilihat dan gejala-gejala yang timbul. 
    Apapun alat penampungan yang digunakan : tangki/ember besar ataupun jaring yang ditempatkan pada saringan, apabila ikan sudah berloncat-loncat menunjukkan tidak boleh ditambah lagi jumlahnya dan segera dipindah ke tempat/kolam yang lebih longgar dan airnya mengalir.
    Tangki volume 150 liter dengan suplai air 0,5 liter per detik dan aerasi cukup dan suhu 10°C dapat menampung selama beberapa minggu untuk ikan trout : 8-12 kg ikan ukuran 200-300 gram/ekor, 6-8 kg ukuran 100 gram, 1000 ekor ukuran 8-10 cm. Menurut Schaperclaus (1933) dalam Huet (1972) tiap meter kubik tangki dapat digunakan untuk menyimpan 150 kg ukuran 300-400 gram/ekor.


III. JENIS DAN TEKNIK PENGANGKUTAN IKAN


A. Jenis Pengangkutan

    Pengangkutan ikan hidup pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengangkutan sistem basah dan pemngangkutan sistem kering.
 
1) Pengangkutan Sistem Basah

    Disebut basah karena menggunakan air sebagai media pengangkutan. Jenis pengangkutan ini terbagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :

a. Sistem Terbuka

    Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. 

    Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.


Gambar 3. Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka

b. Sistem Tertutup

    Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.

    Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan. 



Gambar 4. Pengangkutan Ikan Sistem Tertutup


2) Pengangkuitan Sistem Kering (Semi Basah)

    Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunkan adalah bukan air, Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar.

    Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan  (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
    
    Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap.

    Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Bahan pengisi yang dimaksud dalam pengangkutan ikan hidup adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya.

    Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia. Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut.

    Metode pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan :

1)  Jerigen dan drum. Ikan konsumsi lele dan kaper dimasukkan ke dalam jerigen atau drum terbuka dengan air cukup membasahi diangkut dan produsen ke pendagang pengecer dan warung-warung. Pengangkutan dilakukan pada malam han dan bertujuan untuk menjaga kesegaran.


Gambar 5. Jirigen Wadah Pengangkutan Ikan 

2)  Keranjang “brokoh” atau jerigen. Benih ikan gurameh, lele, karper dan ikan lain yang relatif tahan dimasukkan ke wadah berisi air dalam kepadatan tertentu, diangkut dan dipasarkan, sewaktu-waktu air diganti.

3)  Drum atau tangki (disuplai pengudaraan). Metode ini drum atau tangki terbuka yang dapat dipasang dan dilepas dari kendaraan pengangkut. Ikan hidup dimasukkan dalam wadah dan pengudaraan dihembuskan melalui agitasi permukaaan, gelembung-gelembung udara lewat pipa udara pada dasar atau dan pemompaan air keluar dan kembali ke wadah.


Gambar 6. Drum Wadah Pengangkutan Ikan 

4) Tangki tertutup (suplai oksigen murni). Metode ini cukup populer pada pembudidaya ikan. Gelembung-gelembung oksigen murni dikeluarkan dari pipa-pipa plastik halus ke dalam air dalam tangki yang berisi ikan angkutan. Meskipun metode ini cukup mahal, tetapi kerusakan mekanis dapat dihindarkan.
5)  Kantong plastik. Pengangkutan ikan dengan kantong plastik adalah paling luas digunakan. Kantong plastik sepertiga bagian dilsi air dan ikan. Oksigen ditambahkan dan tabung untuk mengisi duapertiga bagian kantong dan diikat dengan karet.


Gambar 7. Kantong Plastik Wadah Pengangkutan Ikan 

    Sementara itu. alat pengangkutan yang digunakan juga bervariasi mulai dari kayu, fiberglas, aluminium sampai logam yang dilapisi anti karat. Berbagai tipe unit pengangkutan secara komersial tersedia. Ukuran dan bentuk wadah berbeda-beda, tetapi metode penggantian oksigen agak stadar, yaitu menggunakan: agitator, blower, tekanan gas oksigen dan cairan oksigen.

    Kondisi utama untuk menjamin pengangkutan berhasil adalah menjaga ketersediaan oksigen yang cukup, aktivitas gerak dan metabolisme rendah. Ini tidak selalu mudah dengan memperlakukan jumlah ikan yang banyak dalam volume air yang sedikit. Cara yang terbaik adalah dengan mempertahankan suhu air tetap rendah, mengosongkan isi perut atau memuasakan dan melemaskan ikan sebelum pengangkutan.

    Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pengangkutan ikan hidup adalah:
  • Spesies ikan. Kebutuhan oksigen ikan sangat bervariasi tergantung dengan spesiesnya.
  • Umur dan ukuran ikan. Individu ikan ukuran besar melakukan pernafasan Iebih banyak daripada ukuran ikan kecil. Namun dalam berat yang sama, berisi ikan dengan ukuran kecil membutuhkan konsumsi oksigen Iebih besar daripada ikan berukuran besar.
  • Ketahanan ikan. Ikan-ikan yang diberi pakan buatan Iebih peka daripada ikan yang mendapatkan makanan secara alamiah. Ikan yang sedang masa pemijahan (kawin) kurang tahan terhadap transportasi.
  • Suhu air. Pengangkutan harus dilaksanakan menggunakan air yang bersuhu rendah. Pada kondisi tersebut kandungan oksigen rendah dan aktivitas pernafasan ikan ambat.
  • Lama waktu pengankutan. Waktu pengangkutan yang pendek dapat meningkatkan kepadatan ikan yang diangkut.
  • Kendaraan pengangkut dan lamanya berhenti. Kendaraan pengangkut yang Iebih cepat dan mudah serta pendek behentinya memberi kesempatan Iebih berhasil. Alat angkut harus disiapkan dengan matang. Jadwal pemberangkatan alat angkut (transportasi) umum harus diketahui dan perubahannya harus dimonitor.
  • Keadaan wadah penangkutan. Wadah yang dibuat dari kayu relatif Iebih tahan dan lama dalam menyerap panas daripada besi. Meskipun untuk besi dapat diinsulasi untuk menghentikan perambatan panas.
  • Kondisi klimat/cuaca. Kondisi cuaca berpengaruh terhadap suhu wadah dan juga kandungan oksigen. Pengangkutan harus dilaksanakan dalam kondisi suhu yang serendah-rendahnya. Dalam keadaan cuaca yang panas, pengangkutan dilaksanakan pada malam atau pagi hari.

B. Teknik Pengangkutan

1) Hibernasi

   Penurunan suhu tubuh ikan hidup ke arah batas terendah akan menurunkan kecepatan metabolismenya dan ikan akan mengalami hibernasi (penghentian aktivitas). Hibernasi mempunyai beberapa keuntungan: wadah pengangkutan tidak perlu besar karena ikan tidak aktif berenang, kematian ikan karena tekanan fisik maupun stres akibat vibrasi (getaran), kebisingan dan sinar tidak ada, tidak terjadi penurunan berat dan ikan tidak menghasilkan faeses karena ikan tidak butuh makan.

    Teknologi pengangkutan hidup menggunakan kondisi hibernasi banyak diterapkan untuk udang kuruma (Penaeus japonicus) dan spesies ikan (Anonim 1991). Tiap spesies ikan membutuhkan suhu hibernasi yang berbeda. Faktor lain yang mempengaruhi suhu hibernasi adalah.1tempat asal dan musim. Hibernasi ikan seabream dapat bertahan hidup selama kira-kira 40 han, bergerak selama 3 bulan. Kepiting dan famili Atelecydidae yang dihibernasi masih dapat bergerak-gerak (hidup) selama 5-6 bulan.

    Ikan ditampung hidup dalam bak atau keramba dan diberi pakan pelet dengan jumlah 1-2% berat ikan. Pengangkutan menggunakan wadah styrofoam, diisi air dan es dengan perbandingan air dan es adalah 3 dan 1. Kemudian ikan dimasukan ke dalam wadah yang sudah berisi es dan air. Tambahkan 300 gram es kering ke dalam air untuk rnempercepat mabuk (terbius). Setelah ikan tidak berdaya, diambil secara individual dan dibungkus dengan kertas, masukkan ke dalam styrofoam dan tutup dengan serbuk gergaji yang telah didinginkan 10-12 °C. Wadah styrofoam yang berisi ikan disimpan dalam dingin untuk menghindari kenaikan suhu dan dapat diangkut I - 3 jam.

2)   Pengangkutan dengan kantong plastik
    Benih ikan hidup ukuran larva, kebul maupun yuwana (fingerling) biasa diangkut menggunakan kantong plastik berisi air beroksigen. 

    Seperempat bagian plastik diisi air dan ikan, tiga perempat lainnya diisi oksigen kemudian diikat. Apabila perjalanan jauh, kantong dimasukkan ke dalam kotak styrofoam, sehingga ikan tidak terganggu oleh kebisingan, getaran, sinar (bayangan) serta suhu lingkungan.
    Sebelum diangkut ikan sudah dikondisi dengan baik agar ikan tidak stres, laju metabolismenya lambat dan konsumsi oksigennya rendah. Laju metabolisme yang lambat akan mengurangi ekskresi ikan berupa amontak dan karbondioksida serta konsumsinya terhadap oksigen. Konsumsi oksigen juga dapat ditekan dengan peningkatan umur dan ukuran berat tubuh ikan. Penurunan suhu air dan pemberokan (pemuasaan) ikan dilakukan sebelum diangkut. Pemuasaan membuat metabolisme ikan turun sehingga ikan menjadi kurang aktif dan juga buangannya berkurang. Obat anaestasi juga dipakai selama pengangkutan.
Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering.


IV. PANDUAN PENGANGKUTAN IKAN 


Berikut panduan pengangkutan berdasarkan jenis ikan.

Nila: pengangkutan nila sebaiknya menggunakan kemasan plastik tertutup. Untuk ukuran ikan 3—5 cm kepadatannya hanya 100 ekor, ikan berukuran 5—8 cm kepadatannya hanya 60 ekor, dan ikan berukuran 8—12 cm kepadatannya hanya 300 ekor.

Lele: pengangkutan lele dapat menggunakan kemasan kantong plastik dengan sistem tertutup atau menggunakan jerigen dengan sistem terbuka. Ikan lele berukuran 8—12 cm kepadatannya hanya 250—350 ekor dalam satu wadah.

Patin: pengangkutan ikan patin dapat menggunakan kantong plastik dengan sistem kemasan tertutup atau dengan drum 200 liter yang dilengkapi oksigen dengan sistem terbuka. Ikan patin berukuran 2—3 cm dapat diangkut dengan kemasan kantong plastik sebanyak 2.000 ekor saja, sedangkan yang menggunakan drum 200 liter dapat diangkut sebanyak 15.000—20.000 ekor.

Belut: pengangkutan belut dapat menggunakan jerigen atau wadah plastik dengan sistem kemasan terbuka. Untuk semua ukuran belut, bisa diangkut dengan kepadatan mencapai 2/3—3/4 dari volume jerigen atau wadah plastik.

Lobster air tawar: pengangkutan lobster air tawar yang berukuran 1—2 cm dengan kepadatan 500—1.000 ekor dapat menggunakan wadah kantong plastik dengan sistem kemasan tertutup. 

V. PENUTUP 


    Pengangkutan ikan merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam rantai pemasaran produk perikanan. Mengingat lokasi pembenihan/budidaya tidak selalu ada disekitar lokasi tujuan pasar, maka diperlukan pengangkutan dengan teknik yang baik dan benar.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan meliputi jenis ikan, ukuran ikan, dan kepadatan ikan, kemasan Pengangkutan, jarak tempuh, dan suhu.

    Selama atau setelah pemanenan, ikan hasil tangkapan harus ditampung beberapa waktu sampai ikan dikirim ke akhir tujuan. Selama penampungan dapat dilakukan sortasi dan grading ukuran. Penampungan dapat untuk waktu yang pendek (provisional storing) atau waktu yang lama (prolonged storage). 

  Jenis Pengangkutan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengangkutan sistem basah dan pemngangkutan sistem kering. Sementara teknik pengangkutan dapat menggunakan cara Hibernasi dan cara pengangkutan dengan kantong plastic.

DAFTAR PUSTAKA


Minapoli. 2020. Ternyata Begini Pengangkutan Ikan yang Benar. Didownload dari laman https://www.minapoli.com/info/ternyata-begini-pengangkutan-ikan-yang-benar

Supriatna, Aan. 2014. Cara Pengangkutan Ikan Hidup. Didownload dari laman https://www.lalaukan.com/2014/05/cara-pengangkutan-ikan-hidup.html

Suhono, Lego.,dkk. 2019. Mengangkut Ikan Hidup.  Didownload dari laman http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/index.php/modul/read/190116-120404uraian-c-materi